1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

60 Tahun Korea Utara

Ballweg, Silke8 September 2008

Republik Rakyat Korea Utara diakui sebagai benteng terakhir komunis gaya lama. Selasa (09/09), tepat 60 tahun negara ini berdiri.

https://p.dw.com/p/FDf8
Persiapan ulang tahun Korea Utara
Persiapan ulang tahun Korea UtaraFoto: AP

Kilas balik Semenanjung Korea di penghujung perang dunia kedua. Wilayah itu sejak tahun 1910 merupakan koloni Jepang. Saat itu di sana, termasuk di wilayah perbatasan ke Manchuria, Jepang menempatkan sekitar dua juta tentaranya. Dengan hancurnya Hirosima dan Nagasaki oleh bom atom Amerika Serikat tahun 1945, Jepang menyerah kalah pada Amerika Serikat. Namun sesaat sebelum AS sempat berbuat sesuatu di semenanjung tersebut, tentara Uni Soviet telah mengambil alih wilayah pendudukan itu. Demikian dikisahkan Jörg Friedrich, pakar Asia Timur dan penulis buku „Yalu. Di Ambang Perang Dunia Ketiga“: „Pada malam hari, saat Kaisar Jepang menyerah, tentara Uni Soviet masuk ke Manchuria dan berhasil menguasainya dalam waktu 12 hari. Tentara Stalin menyerang ujung wilayah itu tak seorangpun dapat menahannya.“

Hal itu terjadi karena Amerika Serikat masih kehabisan energi setelah menaklukan Jepang dan juga tak punya sekutu di Korea. Amerika Serikat berusaha meredam invasi Uni Soviet dengan pemecahan politik. Bersama Stalin disepakati membagi Korea pada garis lintang 38 derajad. Bagian utara dikuasai oleh Uni Soviet, sementara selatan berada di bawah administrasi AS. Kapan dan bagaimana akhirnya Korea bersatu kembali dan merdeka, kedua negara adi daya tersebut saat itu tak dapat menjawab pasti. Kembali Jörg Friedrich:„Ada perjanjian teknis, kita duduk bersama sebagai pemenang perang dan mengatur penyatuan kembali Jerman dan Korea. Namun secara de facto, keduanya memandang pihak lain sebagai musuh bebuyutan. Dan terjadilah garis perang baru, yang disebut blok timur dan blok barat.“

Dari garis demarkasi 38 derajad pada tahun-tahun berikutnya berubah menjadi garis pembatasan sistem poilitik. Di selatan Korea, berada dibawah administrasi milter AS dan di utara dikokohkan sistem komunis.Pada musim gugur tahun 1947, AS membawa masalah Korea ke PBB, yang menghasilkan resolusi: Korea harus menyelenggarakan pemilu bebas dan membangun pemerintahannya sendiri. Selanjutnya tentara pendudukan harus meninggalkan negara itu. Namun jurang pemisah diantara kedua blok itu sudah cukup mendalam. Tahun 1948, dilakukan pemilu di Korea Selatan, yang diikuti dengan berdirinya Republik Korea pada tanggal 15 Agustus. Sementara tanggal 9 September 1948, Kim Il Sung memproklamasikan Republik Rakyat Demokrasi Korea Utara, dengan dukungan kamerad Moskow. Jörg Friedrich:„Kim Il Sung, sebelumnya merupakan perwira militer Soviet. Ia tinggal lama di Siberia dan memperoleh pendidikan militer Soviet. Yang artinya ia merupakan utusan Soviet, dalam memproklamirkan negara ini.“

Dengan pernyataan kemerdekaan masing-masing kedua wilayah, bukan berarti masalah perimbangan kekuasaan selesai. Sekitar dua tahun kemudian, pada tanggal 25 Juni 1950, tentara Korea Utara melintasi perbatasan 38 derajat dan mendesak ke selatan. Tiga tahun lamanya, Amerika di satu sisi dengan Rusia dan China di pihak lain melancarkan perang hebat di wilayah Korea. Perang itu tak hanya untuk memperebutkan kekuasaan sendiri, melainkan perang antar sistem. Bagi AS, perang ini dipandang sebagai bukti politik ekspansi yang agresif dari Uni Soviet. Inilah yang menjadi dasar dibentuknya Pakta Pertahanan Politik Atlantik Utara, penempatan tentara AS di Eropa, dan juga mempersenjatai kembali Jerman Barat.

Namun kini Korea Utara menarik keputusan lain. Dari pengalaman, menjadikan perwakilan negara lain untuk berperang, menjadi semakin mantap gagasan untuk menjadi negara berdaulat, yang benar-benar lepas dari pengaruh negara lain. (ap)