1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

60 Tahun Pakistan dan India

15 Agustus 2007

India dan Pakistan yang merayakan 60 tahun kemerdekaannya hanya berselang sehari, merupakan dua negara yang secara historis terkait erat namun juga memilih jalan yang amat berbeda.

https://p.dw.com/p/CPFd
Pelajar Pakistan merayakan 60 tahun kemerdekaan dengan cara khas.
Pelajar Pakistan merayakan 60 tahun kemerdekaan dengan cara khas.Foto: AP

Sejumlah harian internasional mengomentari perayaan kemerdekaan dua negara bertetangga di Asia Selatan itu secara kritis. Harian Belanda De Volkskrant yang terbit di Den Haag dalam tajuknya menulis : India dan Pakistan memiliki perbedaan amat besar. Lebih lanjut harian ini berkomentar : hanya sedikit negara yang memiliki sejarah yang saling berkaitan erat seperti India dan Pakistan, yang kemudian memilih jalan yang amat berbeda. Memasuki 60 tahun kemerdekaannya, India berada dalam posisi ekonomi yang terus menanjak. Dari sebuah negara yang sebelumnya tergantung bantuan luar negeri, menjadi sebuah bangsa yang mandiri dan penuh percaya diri. Semua itu dimulai dengan pertumbuhan ekonomi, serta cadangan sumberdaya manusianya yang terdidik, yang siap bersaing dengan tenaga kerja dari negara maju. Namun juga jangan dilupakan, mayoritas rakyat di pedesaan India masih hidup di bawah garis kemiskinan. Masih berlakunya sistem kasta mempersulit terwujudnya kesetaraan peluang. Pakistan, memasuki harijadinya yang ke 60 amat jauh tertinggal oleh India. Rezim militer ibaratnya aturan baku dan bukannya kekecualian. Presiden saat ini, Pervez Musharraf naik ke puncak kekuasaan melalui kudeta militer. Pertentangan antara berbagai kelompok etnis dan agama, terus mengancam stabilitas dalam negeri di Pakistan.

Sementara harian Inggris The Guardian yang terbit di London terutama mengomentari kesenjangan kaya dan miskin di India. Dalam tajuknya harian ini menulis : Desa-desa di India tidak memetik manfaat dari zaman keemasan ekonomi. Sejak awal tahun 90-an pemerintah di New Delhi mulai membuka pasarnya dan merampingkan birokrasi. Kebijakan iní sebuah berkah bagi 300 juta rakyat India dari kelompok terdidik, yang mendapat kerja di sektor jasa. Akan tetapi, bagi 700 juta penduduk desa, yang tidak dapat menikmati masa keemasan ekonomi India itu, juga tidak ada bantuan apapun. Dalam upayanya untuk sukses dan memperoleh status negara adidaya, India melepaskan sebagian dari tradisinya, tapi sejauh ini tidak pernah menemukan gantinya. Semua itu cukup untuk menjadikan India sebuah negara adidaya, namun bukan sebuah negara besar seperti yang diharapkan bapak bangsa, Mahatma Gandhi dan Jawahrlal Nehru.

Terakhir harian regional Perancis Dernieres Nouvelles d’Alsace mengomentari situasi di Pakistan berkaitan dengan 60 tahun kemerdekaannya. Rezim militer menguasi kehidupan politik dan sipil. Dinas rahasia militer yang amat berkuasa, disebut-sebut sebagai penemu Taliban dan melindungi Al Qaida. Untuk mempertahankan kekuasannya, pemerintah di Islamabad memainkan peranan ganda. Di satu sisi bekerjasama dengan AS memerangi kelompok radikal Islam di perbatasan dengan Afghanistan. Dan di sisi lainnya mendukung dan memberi dorongan moral bagi kelompok radikal Islam lainnya beroperasi di tempat yang berbeda. Pakistan, negara Islam terbesar kedua di dunia, di perayaan harijadinya yang ke 60 terancam terjerumus ke dalam Islamisme. Jika itu benar-benar terjadi, berarti muncul bencana besar.