1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan Persiapkan Pemilu

7 Oktober 2008

Apakah suatu pemilihan umum yang bebas dan aman tetap bisa dilangsungkan di tengah makin gencarnya aksi teror?

https://p.dw.com/p/FVNP
Presiden Hamid Karsai yang akan habis masa jabatannyaFoto: AP

Setahun terakhir ini kekerasan di Afghanistan meningkat tajam. Kelompok Taliban menguat, tambah sering dan berani melancarkan berbagai serangan bunuh diri. Sepertinya Afghanistan memang kian tak aman. Namun masa jabatan Presiden Afghanistan Hamid Karzai akan berakhir di penghujung tahun 2008 ini.

Rupanya pemilihan umum tetap terlalu penting bagi proses demokrasi Afghanistan. Tidak bisa ditunda, apalagi dibatalkan. Karenanya Komisi Pemilihan Umum bergegas mempersiapkan segala sesuatunya. Kendati dengan pengamanan superketat dari tentara internasional ISAF. Hari Senin (06/10), misalnya, mulai dilangsungkan pendaftaran pemilih di seluruh negeri.

Dalam wawancara dengan Radio DW, Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum Afghanistan, Zekria Barakzai, menjelaskan: „Pertama, pendaftaran pemilih dilakukan di 14 provinsi. Kami akan mencatat dan mendaftar pemilih selama satu bulan. Sesudah itu pendaftaran berikutnya akan dilakukan di 10 provinsi lagi. Disusul 6 provinsi lain. Berikutnya 4 provinsi terakhir. Jadi kalau lancar, lengkaplah pendaftaran di 34 provinsi di seluruh negeri.“

Untuk proses pendaftaran pemilih ini Komisi Pemilu Afghanistan mengerahkan 1.500 petugas yang dilatih khusus sebelumnya. Selama menjalankan tugasnya di 750 wilayah pemilihan, para petugas Pemilu mendapat pengawalan khusus. Belum jelas berapa pemilik hak pilih sekarang. Namun duipastikan meningkat dibanding Pemilu 5 tahun lalu yang mencapai 12 juta pemilih terdaftar.

Kembali Zekria Barakzai dari Komisi Pemilihan Umum Afghanistan:

„Para pemilih yang sudah terdaftar saat Pemilu lalu, bisa menggunakan kartu pemilih lama. Sedangkan mereka yang kehilangan kartu pemilih, atau pindah tempat tinggal, akan mendapat kartu pemilih yang baru. Selain itu, kami juga akan mendaftar pemilih baru yang dulu masih belum cukup umur, namun kini sudah berusia 18 tahun dan karenanya sudah memiliki hak pilih. Terakhir, kami juga harus mendata kelompok pemilih baru, yakni para pengungsi yang baru kembali dari pengungsian di luar negeri.“

Teknis pendataan dan pendaftaran pemilih, baik pemilih lama maupun pemilih baru, tidak akan terlalu sulit untuk ditangani. Yang pasti akan pelik dan menjelimet adalah penanganan keamanan. Komisi Pemilu mengandalkan sepenuhnya jaminan keamanan dari pasukan internasional ISAF. Pemilu terakahir 4 tahun lalu memang berlangsung realtif aman. Saat itu dikerahkan sekitar 100 ribu pasukan keamanan gabungan afghanistan dan terutama pasukan internasional. Pemilu tahun ini akan diamankan oleh tentara internasional dalam jumlah yang bahkan lebih banyak. Namun masalahnya, situasi keamana sekarang jauh lebih genting ketimbang Pemilu 4 tahun lalu.

Namun betatapun, sebagian rakyat Afghanistan masih sangat bimbang. Terutama penduduk di AFghanistan bagian timur dan selatan, yang banyak dilanda serangan bom bunuh diri serta teror maut terhadap penduduk sipil.

Mahmud, seorang lelaki berusia 35 tahun dari distrik Panjawaie provinsi Kandahar mengungkapkan kengeriannya: „Keadaannya sangat rawan. Kaum Taliban berada di mana-mana. Makanya saya tidak akan memilih. Karena kalau saya pergi ke tempat pemungutan suara, sudah pasti saya akan dibunuh. saya kira di kawasan ini yang tiadk akan memilih akan mencapai 99 persen penduduk.“

Mahmud barangkali sedikit berlebihan dengan mengatakan bahwa 99 persen penduduk di desanya tidak akan memilih dalam Pemilu berbiaya 100 juta dollar ini. Namun ancaman kaum Taliban bukan ancaman kosong atau gertak sambal belaka. (gg)