Aksi Protes di Ukraina
Oposisi di Ukraina tetap melanjutkan aksi protes, sekalipun mosi tidak percaya terhadap pemerintah di parlemen telah gagal.
Berjuang untuk Masa Depan
Penolakan pemerintah Ukraina untuk menandatangani perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa menyulut protes luas. Para demonstran ingin agar negaranya mendekati Eropa dan menjauhi Rusia. Mereka menuntut agar pemerintahan Perdana Menteri Mykola Azarov mengundurkan diri.
Blokade Jalanan
Demonstran membuat blokade jalanan untuk menutup akses ke kantor-kantor pemerintahan. Untuk menegaskan tuntutannya, mereka melanjutkan aksi protes pada malam hari. Bahkan dalam cuaca dingin, mereka tetap bertahan di jalan.
Barisan Tenda di Lapangan Kemerdekaan
Di pusat kota Kiev, tenda-tenda didirikan di Lapangan Kemerdekaan. Barisan tenda ini mengingatkan pada peristiwa Revolusi Oranye tahun 2004. Ketika itu, aksi protes berlangsung selama berminggu-minggu menuntut agar pemilu diulang karena ada manipulasi.
Teh, Kopi dan Internet
Bagi para demonstran tersedia teh dan kopi. Banyak restoran dan toko di pusat kota Kiev yang menyediakan minuman gratis, tempat menginap dan jaringan internet lewat WLAN.
Berteduh di Gereja
Lapangan di depan gereja St. Michael adalah salah satu tempat utama para demonstran berkumpul. Pada malam hari mereka bisa beristirahat di dalam gereja. Banyak gereja-gereja lain yang juga membuka pintunya dan menampung peserta aksi protes.
Berhadapan dengan Polisi
Situasi antara polisi dan demonstran tetap tegang. Di depan gedung parlemen, aparat keamanan mencoba menghentikan atau membubarkan demonstran. Akhir minggu lalu terjadi bentrokan keras antara polisi dan demonstran yang mengakibatkan banyak orang cedera.
Tolak Kekerasan
Para demonstran membawa plakat yang memuat solgan-slogan menolak kekerasan. Plakat-plakat itu antara lain bertuliskan "Tolak Kekerasan Polisi" atau "Aparat Keamanan Mau Mengubur Kami".
Kritik Terhadap NATO
NATO hari Selasa (03/12) mengecam aparat keamanan Ukraina yang "mengunakan kekerasan berlebihan" terhadap para demonstran. Tapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengkritik sikap NATO sebagai "campur tangan" dalam urusan dalam negeri Ukraina.