Albiruni Raushanfikri, Berdedikasi Promosikan Budaya Nusantara lewat Tarian
Di Jerman, Albi tak hanya mengemban tugas sebagai mahasiswa Master Psikologi Bisnis di Hochschule Bonn-Rhein-Sieg, ia juga aktif mempromosikan Indonesia. Seni tari, caranya menyebar kehangatan budaya nusantara.
Berbakat sejak kecil
Albi, seperti yang biasa ia disapa, telah menekuni tarian sejak umur empat atau lima tahun. Orang tuanya mendaftarkan Albi untuk ikut ekstrakulikuler tari di TK untuk mengatasi polah hiperaktifnya. Saat menempuh pendidikan SD, SMP dan SMA ia sudah sering tampil di acara-acara sekolah. Puncaknya adalah saat menarikan Tari Klono Topeng Alus Gunungsari di Keraton Yogyakarta.
Menari di Jerman untuk Indonesia
Ia biasa diminta untuk menampilkan tarian dari Indonesia di acara PPI di Jerman. Selain mengharumkan nama Indonesia lewat seni tari, ia juga mengaku bahwa tarian bisa mengobati rindunya pada tanah air. “Tarian juga menjadi obat kangen saya bila saya kangen dengan Indonesia. Dengan budaya adiluhungnya saya bisa merasakan kehangatan budaya Indonesia,” kata mahasiswa berumur 28 tahun tersebut.
Siap sedia jamu
Di sela-sela acara atau sebelum penampilan tari, Albi selalu menyempatkan diri meminum jamu instan asal Indonesia dalam bentuk kemasan kecil. Mahasiswa psikologi bisnis itu rutin meminum jamu instan untuk menjaga stamina dan kesehatan. Saat mempersiapkan diri untuk tampil, Albi biasanya harus latihan seni gerak tersebut sekitar dua jam dalam sehari.
Kuasai enam tarian Indonesia
Sejak belajar seni tari mulai dari TK hingga kini, Albi menguasai enam tarian Indonesia yaitu: Tari Dindin Badindin, Tari Pasambahan, Tari Serampang 12, Tari Klono Rojo, Tari Klono Topeng Sewandono, juga Tari Klano Topeng Alus Gunungsari. Selain itu ia juga handal mengiringi tim Tari Saman Bonn sebagai Syekh.
Hilangkan penat
“Bagi saya tarian itu adalah nafas, seperti kebutuhan. Kadang kalau saya sedang penat atau ada waktu luang sendiri, saya berhenti sejenak lalu saya mendengar gending-gending tarian dan saya bisa menari walaupun tidak secara menyeluruh,” ujarnya. Baginya, tari adalah olah rasa yang ampuh mengusir stres sekaligus identitas budaya bagi diri sendiri, agar tidak lupa akan asal usul. (yp/ts)