Analisis Mobilitas untuk Tingkatkan Kualitas Kesehatan
9 Januari 2024Peneliti mobilitas tubuh manusia melakukan riset untuk mencatat setepat mungkin jumlah gerakan dan kualitas gerakan pasien. Mereka melakukan risetnya di laboratorium penelitian gerakan di rumah sakit Robert Bosch di Stuttgart.
Metodenya: sensor tekanan yang dipasang pada sepatu mengukur beban yang jatuh pada sol sepatu, saat orang bergerak. Dari situ urutan gerakan yang dilakukan pasien yang mengikuti riset bisa diperkirakan. Dr. Klaus Brenner yang termasuk kelompok manusia lanjut usia sudah ikut ujicoba itu sejak awal.
Lars Schwickert yang melakukan penelitian, memasang belasan sensor dan reflektor pada tubuh relawan ujicoba Klaus Brenner.
Dalam eksperimen ini, peneliti juga menganalisis, apakah pengukuran yang tepat nantinya bisa dicapai dengan hanya memasang sebuah sensor yang bisa digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Clemens Becker yang secara khusus meneliti proses penuaan menyebutkan; "mobilitas adalah tema kedokteran yang sangat penting." Juga jika melihat kemajuan di masa depan. "Yang ingin dicapai dalam dua atau tiga tahun ke depan adalah menguji efek obat-obatan, apakah itu memperbaiki atau justru memperburuk mobilitas manusia", ujar Becker menambahkan.
Penelitian itu akan jadi sumber informasi, untuk mencari tahu kondisikesehatan seorang pasien, untuk menganalisis kesuksesan sebuah terapi, untuk menilai kemanjuran obat, dan juga untuk mengamati perkembangan efek penyakit yang diderita pasien.
Mengukur kualitas cara berjalan
Clemens Becker menjelaskan lebih jauh, "Kami bisa mengukur kualitas cara berjalan. Jadi misalnya, apakah tidak teratur. Itu kami sebut variasi cara berjalan." Atau apakah orang berjalan pincang untuk mengurangi rasa sakit pada sendi. Misalnya pada penderita radang sendi, atau patah tulang.
Saat ini peneliti sudah berhasil mencatat gerakan tubuh manusia yang rumit hanya dengan satu sensor. Dengan sensor itu, data gerakan sehari-hari pasien seperti Dr. Klaus Brenner bisa mereka ketahui.
Brenner mengungkapkan, di usia lanjut, gerakan tubuh adalah hal yang paling penting. "Kita tahu, itu punya pengaruh penting atas fungsi saraf, jadi artinya berpengaruh langsung pada fungsi otak." Itu juga yang dikatakan setiap atlet pelari setelah pelepasan hormon Endorfin. "Setelah melakukan sesuatu, rasanya lebih enak. Jadi saya dengan senang ikut serta," kata Klaus Brenner.
Clemens Becker dan Lars Schwickert meneliti data yang telah dikumpulkan sensor selama sepekan. Sensor menangkap semua gerakan di tiga poros pada tubuh dan mencatat kurva gerakan.
Algoritma yang dikembangkan untuk data ini mengenali dan memberikan informasi penting, antara lain kecepatan dan jumlah gerakan, variasinya, juga panjang serta simetri gambaran gerakan.
Apakah, kapan dan seberapa lama pasien berjalan dalam sehari, apakah naik sepeda atau menaiki tangga, seluruhnya akan bisa dilihat. Kualitas gerakan, serta kesulitan untuk melakukan gerakan juga didokumentasikan.
Sebuah konsorsium internasional juga melakukan penelitian dalam proyek bernama "Mobilise D". Jika melihat demografi yang semakin menua, terutama di sejumlah negara maju, data mobilitas itu akan membantu dalam pengembangan terapi dan obat-obatan baru.
Jalan cepat menambah umur harapan hidup
Clemes Becker menjelaskan, sejauh ini sudah diketahui, bahwa orang yang berjalan lebih cepat dari 1,2 meter per detik, punya peluang umur harapan hidupnya sangat bagus. Ilustrasi yang menggambarkan situasi ini adalah: malaikat maut dengan sabitnya berada jauh di belakang, dan tidak bisa mendekat.
Sementara orang yang berjalan lebih lambat daripada 0,8 meter per detik, jaraknya tidak jauh dari malaikat maut. Sedangkan orang yang berjalan lebih lambat dari itu, bisa dengan mudah disusul oleh malaikat maut. Dan itu kerap jauh lebih penting daripada kadar kolesterol di dalam darah, dan tekanan darah. Itu bisa dibuktikan lewat sejumlah besar data yang terkumpul. Artinya gerakan sangat penting dalam penambahan umur harapan hidup.
Jadi kesimpulannya, kita semua harus banyak bergerak, dan sebaiknya bergerak dengan relatif cepat. (ml/as)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!