1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa yang Menarik dari Riset Antariksa di Tahun 2025?

3 Januari 2025

Misi antariksa tahun 2025 menjanjikan sejumlah terobosan bagi manusia, antara lain pemantauan vegetasi dari luar Bumi dan persiapan untuk mendaratkan manusia di Bulan. Apa saja peristwa sains yang tidak boleh dilewatkan?

https://p.dw.com/p/4omwR
Stasiun Luar Angkasa Internasional, ISS
Stasiun Luar Angkasa Internasional, ISSFoto: Roscosmos State Space Corporation/AP/dpa/picture alliance

Riset sains dan eksplorasi antariksa mencapai batu loncatan tertinggi selama 12 bulan terakhir.

Tahun 2024, kita mempelajari bahwa galaksi jauh lebih besar dari yang diduga sebelumnya, bagaimana Eropa membangun roket Ariana 6, dan apa yang terjadi pada tubuh astronot jika terdampar di luar angkasa.

Tahun 2025 akan sama menariknya bagi dunia sains, tetapi apa yang akan terjadi?

Kembalinya astronot NASA yang 'terdampar'

Suni Williams dan Butch Wilmore akan kembali ke Bumi pada Maret 2025. Kedua astronot ditinggalkan di Stasiun Luar Angkasa Internasional, ISS, pada Juni 2024, setelah wahana yang mereka hendak tumpangi memiliki masalah. Kerusakan itu menyebabkan misi yang seharusnya berlangsung selama delapan hari menjadi sembilam bulan.

Kedua astronot tersebut kini telah bergabung dengan Crew-9, misi dari SpaceX yang diluncurkan ke ISS untuk membawa keduanya pulang.

Crew-9 awalnya direncanakan untuk kembali ke Bumi pada Februari 2025, tetapi NASA mengumumkan pada Desember bahwa mereka akan menunda peluncuran Crew-10, yang akan menggantikan Crew-9.

Crew-10 ditunda selama sebulan, yang berarti para astronot akan kembali ke Bumi pada Maret jika tidak ada penundaan lebih lanjut.

World's largest digital camera to transform astronomy

Memantau ekosistem dari luar angkasa

Tahun 2025 akan menandakan pertama kalinya Badan Antariksa Eropa, ESA, menganalisis ekosistem Bumi dari luar angkasa.

Satelit FLuorescence EXplorer, FLEX, dikembangkan untuk memetakan kesehatan dan tingkat stres tanaman di seluruh dunia. Rencananya, FLEX akan beroperasi selama tiga setengah tahun sejak peluncuran.

Satelit tersebut menyertakan instrumen baru yang mampu mengukur aktivitas fotosintesis dari luar angkasa untuk pertama kalinya. Instrumen tersebut, yang disebut FLORIS, mendeteksi tingkat fluoresensi vegetasi untuk merekam fotosintesis dalam skala massal. Hasil pemantauan bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana ekosistem tanaman memengaruhi siklus karbon global.

Misi ESA terpisah yang diluncurkan pada tahun 2025 juga akan menganalisis hutan Bumi. Misi tersebut akan mengukur informasi tentang keadaan hutan kita dan bagaimana hutan tersebut berubah.

Hasil dari kedua misi ESA dapat membantu menguatkan kebijakan seputar perlindungan perubahan iklim, pengelolaan pertanian, dan ketahanan pangan.

Menunggu rampungnya Artemis

Tahun 2025 akan menjadi tahun krusial bagi rencana NASA untuk mengembalikan manusia ke bulan sebagai bagian dari program Artemis. Namun begitu, roket berukuran raksasa itu belum akan diterbangkan.

Sebaliknya, para penggemar antariksa akan menyaksikan kemajuan NASA dalam menandai tonggak-tonggak penting dalam persiapan misi Artemis II.

Pada tahun 2022, Artemis I berhasil menguji wahana penerbangan Orion tanpa awak ke orbit bulan. Artemis II adalah misi lanjutan yang bertujuan untuk menerbangkan awak manusia pada tahun 2026. Misi Artemis III akan menempatkan manusia kembali di permukaan bulan untuk pertama kalinya sejak tahun 1972.

NASA probe makes closest ever pass by the sun

Misi Artemis II dimaksudkan untuk diluncurkan pada akhir tahun 2025, tetapi telah diundur hingga April 2026 paling cepat. Penundaan dilakukan untuk memberi lebih banyak waktu guna mengatasi masalah yang terdeteksi pada Orion pada misi pertamanya. Waktu tamabahan juga disambut oleh penyuplai antariksa SpaceX dan Axiom Space yang masih mengembangkan wahana pendaratan bulan Starship dan pakaian antariksa baru.

Para astronot akan menggunakan fasilitas LUNA di Jerman untuk berlatih untuk perjalanan mendatang ke permukaan Bulan.

Gerhana bulan dan hujan meteor

Hujan meteor Quadrantid berlangsung dari pertengahan November hingga pertengahan Januari setiap tahun, serta mencapai puncaknya pada tanggal 3 Januari.

Meteor akan memancar dari langit utara tetapi muncul di semua bagian langit. Mereka yang ingin menyimak peristiwa alam ini harus bersiap sejak pagi.

Hujan meteor Eta Aquariids juga akan terlihat dari tanggal 20 April hingga 21 Mei. Eta Aquariids akan terlihat mencolok di daerah tropis tetapi juga dapat dilihat di utara khatulistiwa. Puncak Eta Aquariids terjadi pada tanggal 3-4 Mei.

Tanggal lain untuk kalender ruang angkasa Anda adalah tanggal 14 Maret, ketika gerhana bulan total akan terlihat di Pasifik, Amerika, Eropa Barat, dan Afrika Barat. Tergantung di mana Anda tinggal, Anda akan memiliki kesempatan kedua pada tahun 2025 pada tanggal 7 September, ketika gerhana bulan akan terlihat di Eropa, Afrika, Asia, dan Australia.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

Fred Schwaller
Fred Schwaller Penulis sains yang terpesona oleh otak dan pikiran, dan bagaimana sains memengaruhi masyarakat@schwallerfred