Bajak Laut Kembali Rambah Selat Malaka
18 Juni 2014
Gelombang serangan perompak di Selat Malaka memicu kekhawatiran negara-negara di Asia Tenggara terkait keamanan jalur dagang yang menjadi nadi perekonomian. Selat Malaka memayungi sepertiga volume perdagangan dunia.
Sebagian besar perompak berhasil dilucuti dalam operasi militer gabungan antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yang telah berlangsung sejak lima tahun silam. Namun sejak April 2014, beberapa kapal tanker dan kargo kembali diserang dan dibajak.
Perompak dilaporkan menggasak minyak dan bahan bakar kapal dalam jumlah besar sebelum melarikan diri.
Serangan Perompak Semakin Marak
Melonjaknya jumlah kapal tanker dan kargo yang melalui Selat Malaka diyakini membuahkan beberapa pemain baru, yang kemungkinan disokong oleh sindikat organisasi kriminal.
"Semua orang mengkhawatirkan serangan-serangan terbaru ini karena mereka tahu, situasinya akan terus memburuk," kata Noel Choong, Kepala Biro Keamanan Maritim Internasional, lembaga Malaysia yang mendokumentasikan serangan bajak laut.
"Pembajakan akan semakin ganas dan kita bakal kesulitan menghentikannya. Begitulah awalnya di Somalia." Fokus dunia internasional terhadap serangan bajak laut belakangan memang diarahkan pada negeri di ujung tanduk Afrika itu.
Pasar Gelap Minyak dan Gas
Operasi militer berskala internasional berhasil meredam geliat bajak laut untuk sementara. Namun kini Asia Tenggara mencatat kenaikan signifikan, dari 46 tahun 2009 hingga 128 serangan bajak laut tahun lalu. Untuk tahun 2014 IMB mendokumentasikan intensitas serupa seperti 2013.
"Kejahatan maritim selalu menjadi isu di wilayah ini. Tapi kini kita menyaksikan serangan ke kapal kargo yang semakin marak. Pasar gelap untuk minyak dan gas sangat menguntungkan," kata David Rider, Editor majalah Maritime Security Review yang baru-baru ini menulis, meningkatnya serangan bajak laut di Selat Malaka "mengejutkan semua pihak."
IMB mengatakan, sebagian besar serangan perompak di perairan Indonesia membidik kapal-kapal kecil. Lembaga berbasis di Kuala Lumpur itu juga menambahkan, secara umum Selat Malaka tetap aman dengan cuma mencatat satu serangan bajak laut tahun ini.
rzn/ab (afp,rtr)