Batu Bulan Simpan Sejarah Bumi
19 Juli 2019Para Astronot Apollo, membawa sampel batuan bulan dari enam lokasi pendaratan ke bumi. Beberapa diantaranya sampel inti bor dari kedalaman beberapa meter. Seluruhnya diangkut sekitar 400 kilo batuan bulan, dari yang berukuran debu halus sampai seukuran bola sepak.
Sampel batuan bulan terbukti jadi harta karun berharga tinggi. Pakar geologi planet dari DLR-Institut für Planetenforschung Berlin, Prof. Ralf Jaumann menjelaskan, umat manusia mengeruk banyak keuntungan ilmiahnya dari "oleh-oleh" dari bulan yang dibawa para astronot itu.
Prof. Ralf Jaumann menjelaskan lebih jauh: "Batuan ini berasal dari benda langit lain. Dan hampir seluruh batuan ini berumur sangat tua. Tentu saja ini merupakan harta karun. Batuan menunjukkan, bagaimana perkembangan bulan dalam empat milyar tahun terakhir. Selain itu karena posisinya dekat bumi, kami bisa menarik neraca kecil tentang bagaimana kemungkinan perkembangan bumi."
Informasi ini sudah lama musnah dari bumi. Sebab batuan di bumi terus melakukan daur ulang. Batuan yang ada di bumi saat ini, nyaris semuanya batuan baru dan tidak lagi tersisa batuan dari fase awal pembentukannya.
Tektonik Lempeng gerus sejarah batuan
Akibat tektonik lempeng, batuan purba di bumi menujam ke bawah tanah, dilumerkan suhu tinggi, dan kembali dimuntahkan ke permukaan oleh gunung berapi. Jejak dari masa awal bumi dengan itu dihapus. Proses dinamika ini terus berlangsung di bumi.
Sebaliknya dari bumi, bulan ibaratnya sebuah gudang arsip. Semua jejak sejarah perkembangannya dari awal pembentukan tetap bertahan hingga kini. Sejumlah eksperimen dilakukan sebelum manusia kembali mendarat di bulan. Beberapa negara adidaya ruang angkasa mengirim satelit yang meneliti permukaan bulan.
Rekaman satelit juga membantu mengungkap rahasia kawah-kawah di bulan. Para peneliti sebelumnya menduga, kawah itu indikasi adanya aktivitas vulkanik. Kini diketahui, tabrakan dahsyat meteorit yang menciptakan kawah-kawah di bulan. Salah satunya kawah raksasa dengan diameter 90 kilometer. Yang dikelilingi sebuah pegunungan raksasa setinggi pegunungan Alpina.
"Semua tercipta dalam waktu beberapa menit. Berbeda dengan di bumi. Kita ketahui, lempeng benua bertabrakan, tercipta pegunungan dalam kurun jutaan tahun. Kemudian lenyap kembali. Di bulan semua tercipta dalam waktu hanya 20 menit, setelah itu tuntas. Dalam peristiwa itu tercipta pegunungan raksasa. Tentu saja hal ini mengubah secara mendasar gagasan perkembangan geologi di bumi.", papar Prof. Ralf Jaumann lebih jauh lagi.
Ungkap perkembangan planet di Tata Surya
Batuan bulan yang diangkut ke bumi dalam rangkaian misi Apollo diteliti lebih rinci di laboratorium di bumi. Batuan ini memberikan pengetahuan baru tentang bagaimana perkembangan planet-planet di Tata Surya.
Pakar geologi planet dari DLR-Institut für Planetenforschung Berlin, Prof. Ralf Jauman menjelaskan lebih lanjut: "Jika melangkah lebih jauh, dan berasumsi ini bukan hanya berlaku buat bulan, tapi untuk seluruh tata surya, artinya ini bisa berlaku juga di planet-planet lain. Artinya, bulan memasok skala waktu untuk perkembangan di dalam tata surya. Hal ini tidak eksis sebelum misi Apollo.
Perkembangan di sistem Tata Surya sangat bergejolak, lebih hebat dari dugaan semula. Asteroid dan komet terus menerus menabrak benda langit lainnya. Empat milyar tahun silam, bombardemen benda langit ini sangat dahsyat.
Setelah pendaratan pertama di Bulan, peneliti mengembangkan teori baru. Bulan tercipta dari lontaran material, akibat sebuah benda langit seukuran Mars menabrak bumi. Tapi hingga kini, masih banyak rahasia yang belum terkuak.