1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Kenapa Cina Rahasiakan Tingkat Pengangguran Kaum Muda?

25 Agustus 2023

Cina urung merilis data tingkat pengangguran kaum muda Juli silam, setelah mencatatkan rekor tertinggi pada Juni sebelumnya. Dengan merahasiakan “kabar buruk,” Beijing diyakini ingin meredam ketidakpuasan.

https://p.dw.com/p/4VZpA
Sebuah Job Fair di Zhengzhou, Cina
Sebuah Job Fair di Zhengzhou, CinaFoto: Avalon.red/Imago Images

Menurut laporan sebelumnya, lebih dari seperlima atau 21,3 persen kaum muda Cina tercatat menganggur. Biro Statistik Nasional (NBS) berdalih memerlukan waktu untuk "mengoptimalkan” survey, karena dianggap ikut melibatkan kaum muda urban antara usia 16 dan 24 tahun yang kebanyakan masih bersekolah.

"Masyarakat punya pandangan yang bervariasi tentang apakah mahasiswa yang mencari kerja sebelum kelulusan bisa dilibatkan dalam jajak pendapat dan pengumpulan data statistik,” kata Fu Linghui, juru bicara NBS.

Bukan pertama kali, pemerintah di Beijing membatasi akses data ekonomi jika dianggap "sensitif secara politis,” kata Eli Friedman, pakar ketenagakerjaan Cina di Cornell University, AS. "Tingkat pengangguran adalah tolak ukur ekonomi yang penting. Angka ini bisa dengan mudah dipolitisasi,” ujarnya.

Sejak beberapa tahun terakhir, Cina juga merahasiakan informasi lain seperti data registrasi korporasi, yang bersifat krusial bagi investor asing. 

Juni lalu, pemerintah menyensor tiga penulis ekonomi ternama, di Weibo, setelah berkomentar negatif terhadap kinerja bursa saham dan tingkat pengangguran di media sosial. 

Regulasi serupa juga diwajibkan di lembaga pendidikan tinggi dan universitas di seluruh negeri.

Can the BRICS Bank replace the IMF as a lender?

Realita muram kaum muda Cina

Tingginya tingkat pengangguran di kalangan anak muda antara lain diperparah oleh lambatnya pemulihan pascapandemi di Cina. Situasi ini melumat daya serap korporasi terhadap tenaga kerja muda.

Akibatnya, pasar tenaga kerja kini dipenuhi calon pegawai berkualifikasi tinggi yang menganggur. 

"Pengangguran dan pekerjaan di bawah kualifikasi adalah kembaran jahat dari ketimpangan antara suplai tenaga kerja dan pekerjaan berkualifikasi tinggi,” kata Liu Ye, Guru Besar Ekonomi di King's College London.

Di kanal media sosial Xiaohongshu yang serupa Instagram, netizen Cina berbagi keluhan soal lamaran yang ditolak karena "kualifikasi yang terlampau tinggi” atau "minimnya pengalaman kerja.”

Tren tersebut diyakini mendorong pemerintah merahasiakan data tingkat pengangguran, "demi meniminalkan potensi panik atau sentimen massal,” kata Liu.

China to stop publishing youth jobless data

Bagaimana kebijakan pemerintah Cina?

Ketika frustasi mulai menggunung, pemerintah di Beijing malah menyarankan kaum muda menyesuaikan harapan kerja dengan kenyataan.

Seperti dikutip China Daiy, Mei lali, Presiden Xi Jinping meminta kaum muda Cina untuk mempertimbangkan bekerja kasar di pedesaan, sebagai "makanan pahit” dalam resep menuju kesuksesan.

Menurut Friedman, banyak kaum muda Cina yang merespons ajakan Xi dengan komentar sinis. "Imbauannya itu bertentangan dengan narasi keberhasilan ekonomi yang giat dipromosikan negara dalam beberapa dekade terakhir.”

Komentar Xi sebaliknya dipahami sebagai sebuah ketidakberdayaan. "Pemerintah benar-benar sudah mengupayakan segala hal dan menggunakan setiap instrumen yang mereka miliki untuk menanggulangi masalahnya,” kata Friedman.

Dia meyakini solusinya bukan "hal yang misterius.” Cina harus merangsang konsumsi domestik untuk mengimbangi kebergantungan terhadap ekspor. 

"Bagian yang sulit adalah politik, karena untuk mengubah, pemerintah harus berani melawan dan mengatasi kepentingan-kepentingan yang sudah mengakar di Beijing.”

rzn/hp

Yu-chen Li Li adalah Jurnalis multimedia dan saat ini bekerja sebagai koresponden Taipei di DW.