Citarasa Indonesia di Schwarzwald
Chef Degan Septoadji menggelar promosi masakan Indonesia di Schwarzwald, Jerman. Kebetulan ia fasih berbahasa Jerman, sehingga mampu menjelaskan budaya dan cerita di balik kuliner Indonesia.
Mahal Mengenal Indonesia
Selain membuat set dinner, Chef Degan Septoadji juga menggelar kelas memasak bagi tamu Hotel Traube Tonbach dan warga di sekitar Baiersbronn, Schwarzwald. Biaya kelas memasak untuk setiap peserta mencapai 175 Euro atau Rp. 2.700.000,-. Dari jam 10 pagi hingga pukul 4 sore, para peserta diajarkan cara membuat empat hidangan Indonesia serta cara membuat dua bumbu.
'Bahan-Bahan Lokal'
Hampir 98 persen bahan masakan Indonesia untuk kelas memasak dan set dinner bisa didapatkan di Schwarzwald. Hanya dua hal yang tidak ada, yakni kencur dan daun salam.
Belajar Mengulek
Ulekan seberat 7 kilogram diboyong dari Indonesia. Dan para peserta kelas memasak diajari cara mengulek bumbu rujak.
Sangat Tidak Jerman
"Kalau di Indonesia paling asyik makan rujak itu di-cowel langsung," jelas chef Degan kepada peserta kelas memasak. Ia menjelaskan bagaimana biasanya orang Indonesia berkumpul ramai-ramai lalu makan bersama-sama. Dan itu dicontoh oleh para peserta, dan lucunya mereka tidak bisa berhenti. Ini pemandangan yang langka di Jerman. Tidak biasanya orang Jerman berbagi piring.
Sorbet Rasa Rujak
Chef Degan mengakui bahwa hidangan penutup di Indonesia itu tidak semaju di Eropa, tapi menurutnya dengan bumbu dan rasa khas Indonesia, bisa juga dibuat perpaduannya. Contohnya sorbet rasa rujak dengan bumbu kacang dan buah-buahan seperti terlihat dalam foto. Jadi para peserta kelas memasak di Hotel Traube Tonbach bisa melihat serta merasakan rujak versi tradisional dan versi kontemporernya.
Modifikasi 'Asli Indonesia'
Semua rasa tetap sama seperti citarasa asli Indonesia, namun pedasnya dikurangi. Seperti hidangan pembuka kerang dengan acar kuning dalam foto. Kalau mau pedas tinggal gigit cabai utuh yang turut disajikan. Di meja pun disediakan empat macam sambal: sambal terasi, sambal hijau, sambal matah dan sambal kecap.
Harus Pintar Mengemas
"Masalahnya pada masakan Indonesia itu adalah dari segi penyajiannya, kalau memasak seperti biasa itu penampilannya kurang menarik. Dan orang barat itu banyak makan pakai mata," ujar Degan Septoadji seraya memberi masukan bagi koki-koki muda Indonesia yang ingin berpromosi di luar negeri.
Mengenal Budaya Lewat Lidah
Melalui hidangannya, chef Degan turut menjelaskan budaya Indonesia, "Mengapa cara membuatnya seperti ini, dan biasanya kapan hidangan ini disantap di Indonesia." Contohnya sop buntut yang dibuat sebagai hidangan pembuka di Jerman, tapi ia jelaskan bahwa kalau di Indonesia sop buntut adalah hidangan utama sehingga disantap dengan nasi.
Tak Kalah Bersaing
Persaingan yang dihadapi chef Degan tidak tanggung-tanggung, sedikitnya ada 17 restoran berbintang Michelin di wilayah Schwarzwald, dan Hotel Traube Tonbach sendiri menjadi rumah bagi restoran Schwarzwaldstube yang mendapat tiga bintang Michelin. Hebatnya, sang chef yang sempat tinggal di Jerman ini sudah diundang lagi untuk menggelar promosi kuliner Indonesia pada tanggal 10-21 Agustus 2015.