'Coronatoon': Pandemi Virus Corona dalam Karikatur
Selama beberapa bulan terakhir, pandemi virus corona telah jadi perhatian dunia. Tidak ingin hanya memicu emosi seperti ketakutan dan kesedihan, para kartunis pun menghadirkan harapan bahwa krisis ini akan berakhir.
Wuhan dalam lockdown
Pada awalnya dunia mengira virus corona hanya menjadi masalah bagi pemerintah Cina. Wuhan? Tidak pernah mendengar nama kota tersebut. Pihak berwenang di Beijing awalnya tidak memberi tahu siapa pun tentang virus berbahaya ini. Kemudian mereka mengisolasi warga Wuhan dan orang-orang di seluruh provinsi Hubei. Dunia menyaksikan dan berpikir hal tersebut sudah aman.
Ke seluruh penjuru dunia
Virus corona seolah tak peduli dengan perbatasan, virus tersebut berhasil menjangkit negara-negara lain. Kartunis Belanda Tjeerd Royaards membuat dimensi baru dengan istilah "globetrotter” yang tiba-tiba menginfeksi banyak orang di belahan bumi lain dan meninggal.
Perasaan tak berdaya
Dikelilingi oleh virus corona, orang-orang tampak tidak berdaya menghadapi virus tersebut. Belum ada vaksin yang ditemukan, bahkan ahli virologi dan dokter tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Kartunis Paolo Calleri meringkas perasaan tidak berdaya yang melekat pada warga.
Mimpi buruk
"Di rumah saja" menjadi aturan setiap hari bagi orang-orang di seluruh dunia untuk menghindari infeksi COVID-19. Meskipun tetap berada di rumah, virus berbahaya ini tidak pernah jauh dari pikiran masyarakat. Kartunis Turki, Menekse Cam menggambarkan seorang gadis yang ingin tidur dan menghitung virus seakan-akan virus tersebut adalah domba.
Saya membutuhkan tim saya
Pembatasan sosial memberikan perasaan seperti terjebak di pulau terpencil. Dalam gambar di atas, seorang pendukung klub sepak bola Borussia Dortmund tidak mau melepaskan lapangan Borsigplatz kesayangannya, tempat legendaris di mana klubnya pernah didirikan dan menjadi tempat banyak kejuaraan.
Disatukan musik
Warga Italia, warga Eropa yang paling terpukul karena pandemi ini, menyanyi dan memainkan musik selama lockdown, malam demi malam, dari balkon mereka. Beberapa warga juga mengapresiasi perjuangan para dokter dan perawat. Konser balkon menciptakan rasa solidaritas dalam masa lockdown. Istilah yang sering dipakai orang Italia dalam masa pandemi ini: Tutto andrà bene - semuanya akan baik-baik saja.
Jaga jarak!
Jam malam di Eropa Selatan diterapkan dengan tegas dibandingkan wilayah lain. Misalnya di Jerman, warga diizinkan meninggalkan rumah tetapi harus mematuhi aturan jaga jarak setidaknya 1,5 meter dari orang lain. Jika tidak mematuhi peraturan tersebut, mereka harus membayar denda yang besar. patroli dikakukan tanpa henti.
Mengenakan masker kemana pun
Banyak negara-negara di dunia kini mewajibkan warganya untuk mengenakan masker kemana saja mereka pergi, hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terpapar virus corona. Tapi apa yang Anda lakukan ketika rak-rak di supermarket kosong dan masker sudah habis terjual? Kartunis Rusia, Sergei Belozerov menggambarkan improvisasi dalam hal ini dan mengenakan benda lain sebagai pelindung wajah.
Kebersihan tangan
Cuci tanganmu: Perintah tersebut berulang kali kita dengar dari para dokter dan politisi untuk membantu kita selamat dari perang melawan virus corona. Namun, jangan dengarkan Presiden AS, Donald Trump yang berpikir menyuntikkan disinfektan ke tubuh adalah ide yang bagus.
Pertandingan yang mematikan
Laboratorium penelitian berpacu dengan waktu dalam mencari vaksin untuk melawan virus corona. Seperti yang digambarkan oleh seorang kartunis dari Filipina, Zach. Sampai para ilmuwan berhasil menemukan vaksin COVID-19, maka pertandingan antara manusia dan penyakit akan terus berlanjut.
Ramalan mengerikan
Pemerintah di seluruh dunia melakukan lockdown untuk melindungi warganya. Namun, dampaknya buruk bagi perekonomian. Banyak perusahaan di ambang kebangkrutan. Walaupun adanya program bantuan dari pemerintah, jutaan orang tidak tahu bagaimana bisa membayar sewa dan membeli makanan. Bagi Rodriogo dari Cina, krisis ekonomi bahkan lebih besar daripada virus: "Coba tebak yang akan terjadi selanjutnya?"
Menjadi sebuah sejarah
Suatu hari, pandemi ini akan menjadi sejarah, seperti pandemi flu yang terjadi di Spanyol pada tahun 1918 - 1920. Para kakek akan menceritakan cucu-cucu mereka bagaimana rasanya berada dalam peristiwa yang mengerikan ini, ketika toko-toko kehabisan stok barang dagangan dan Anda berjuang untuk mencari kebutuhan logistik. (Ed: fs/rap) Penulis: Suzanne Cords