1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
OlahragaEropa

Dapat Komentar Seksis, Wasit Perempuan Hapus Akun Instagram

23 September 2024

Wasit perempuan asal Albania, Emanuela Rusta membuat kemajuan pesat, tetapi sepak bola masih terbelakang. Wasit tersebut menghapus akun media sosialnya setelah fisiknya terus-menerus dikomentari.

https://p.dw.com/p/4kyUg
Emanuela Rusta
Emanuela Rusta menjadi wasit top di dunia sepak bola internasionalFoto: SOPA Images/picture alliance

Emanuela Rusta, perempuan pertama yang menjadi wasit di divisi utama Albania dan wasit internasional Albania pertama. Ia ditugaskan memimpin pertandingan antara Sporting Lisbon dan Real Madrid di Liga Champions Perempuan pada hari Kamis (19/09). Ini menandai kemajuannya melaju ke puncak olahraga sepak bola.

Namun, ada hal lain yang meresahkan pikiran perempuan berusia 30 tahun itu. Sebelum pertandingan, ia menghapus akun Instagramnya setelah serangkaian pesan seksis mengenai penampilannya.

Rusta dijuluki sebagai "wasit seksi" di berbagai tajuk utama media. Akibatnya, ia pun menerima serangkaian pesan misoginis di platform media sosial. 

Wasit perempuan Stephanie Frappart di Piala Dunia Qatar 2022
Wasit perempuan Stephanie Frappart menjadi wasit pertandingan Jerman melawan Kosta Rika di Piala Dunia Qatar 2022Foto: Federico Gambarini/dpa/picture alliance

"Mereka seharusnya lebih fokus pada profesionalisme saya, bukan hal-hal lain," katanya kepada kantor berita AFP. "Anda harus berjuang keras agar diterima. Anda harus runtuhkan batasan yang ada."

"Menjadi wasit sepak bola bukanlah masalah gender, tetapi kompetensi. Untuk membuat keputusan yang baik, Anda perlu tahu aturan permainan dengan sempurna, juga harus bugar dan memiliki kemampuan berkonsentrasi yang baik."

"Kita seharusnya dinilai karena prestasi, bukan gender"

Baru dalam dekade terakhir wasit perempuan mendapat tempat di level teratas sepak bola pria, meski mereka biasa terlihat di dalam pertandingan sepak bola perempuan. Salah satu pelopornya adalah wasit Jerman Bibiana Steinhaus-Webb.

Steinhaus-Webb menjadi perempuan pertama yang menjadi wasit pertandingan di salah satu dari lima liga top Eropa, saat dia memimpin pertandingan Bundesliga pada tahun 2017. Saat berbicara dengan DW saat itu, ia juga menyuarakan keprihatinan yang sama dengan Rusta.

"Pada akhirnya, performa adalah yang terpenting," katanya. "Dan orang yang menghasilkan performa terbaik haruslah orang yang berada di lapangan, apa pun jenis kelaminnya, warna rambutnya, agamanya. Itu saja yang penting."

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Steinhaus-Webb pensiun dari jabatannya pada tahun 2020, dan Stephanie Frappart kini menjadi wasit perempuan terkenal. Ia mencetak sejarah dengan menjadi perempuan pertama yang bertugas sebagai wasit di Piala Dunia di Qatar 2022.

"Saya selalu mempromosikan gagasan bahwa kita harus terkenal karena prestasi kita dan bukan karena jenis kelamin kita," ujarnya.

Namun, keputusan Rusta menghapus akun instargam miliknya, semakin mancuatkan jarak yang masih harus ditempuh oleh cabang pertandingan sepak bola, dalam melawan seksisme. Sepak bola perempuan telah membuat langkah besar dalam beberapa tahun terakhir. Tiket pertandingan di stadion juga mulai terjual habis dan peningkatan kesepakatan penyiaran di media juga semakin umum.

Meskipun demikian, para perempuan di lapangan, baik itu pemain, pelatih, maupun wasit, masih sering dinilai berdasarkan penampilan fisik mereka.

Citra tubuh perempuan dalam sepak bola

Pesepak bola internasional dari Inggris, Fran Kirby, sempat difilmkan dalam sesi latihan dan mengakui bahwa ia tetap mengenakan jumper karena disebut-sebut kelebihan berat badan.

"Saya yakin semakin banyak orang yang dikomentari tentang berat badan mereka dan penampilan mereka di TV atau di foto," kata juara Eropa awal tahun ini. "Itu tidak penting, seperti apa bentuk tubuh Anda, penampilan Anda saat mengenakan gaun, penampilan saat memakai seragam." 

Rusta menutup Instagramnya sebagai bentuk protes atas lambatnya kemajuan dalam menghilangkan seksisme dan kebencian terhadap perempuan dalam sepak bola. Namun ia tetap berharap untuk masa depan.

"Saya berharap tidak lama lagi akan ada empat wasit perempuan yang memimpin pertandingan di kategori papan atas liga sepak bola pria," tambahnya.

"Meskipun tampaknya lingkungannya didominasi pria, saya merasa dihormati dan dihargai atas pekerjaan yang saya lakukan di lapangan."

Diadaptasi dari artikel DW Inggris