Drama Pengungsi di Samudra Hindia
19 Januari 2009Di sekitar kepulauan Andaman di Samudra Hindia dan di daerah pantai Sumatra ratusan pengungsi dari Myanmar dan Bangladesh berhasil diselamatkan pekan lalu. Mereka berada di perahu tanpa air minum dan makanan, serta tanpa perlindungan dari sinar matahari. Sebagian besar dari mereka sudah kehabisan tenaga, saat mendapat pertolongan dari marinir Indonesia dan India.
Para pengungsi berasal dari suku Rohingya, yang menjadi warga minoritas di Myanmar Barat Laut, di daerah perbatasan dengan Bangladesh. Anggota suku Rohingya tidak diakui sebagai warga Myanmar oleh junta militer yang berkuasa. Mereka juga mengalami pengejaran selama bertahun-tahun.
Kecaman Terhadap Thailand
Organisasi kemanusiaan Refugees International melontarkan kritik keras terhadap pemerintah Thailand karena sikapnya terhadap pengungsi asal Myanmar tersebut. Dilaporkan, beberapa bulan terakhir ratusan warga Rohingya ditangkap di daerah perairan Thailand. Mereka diikat dan dilepaskan di atas perahu tanpa motor dan dibiarkan terapung-apung di lautan. Lebih dari 300 di antara pengungsi masih dinyatakan hilang. Dikhawatirkan, mereka tenggelam di Samudra Hindia.
Anggota suku Rohingya dari Myanmar dianggap tidak bernegara, dan tidak diperlakukan sebagai pengungsi oleh pemerintah Thailand, melainkan sebagai imigran gelap. Organisasi Refugees International menyerukan Thailand untuk memerintahkan, supaya para pengungsi diperlakukan selayaknya oleh militer, dan tidak dibiarkan di perahu atau dikirim kembali ke tanah air mereka.
Militer Thailand menyangkal tuduhan tersebut. Namun sejumlah wisatawan di pantai pulau Similian, yang terletak di utara Phuket, membuat foto yang menunjukkan, sekitar 100 pengungsi perahu ditangkap tentara Thailand. Mereka juga diikat di pantai dan disiksa.
Diduga Akan Bergabung dengan Pemberontak
Warga suku Rohingya beragama Islam. Sebagian besar dari mereka yang ditemukan di Samudra Hindia adalah pria. Menurut laopran media, militer Thailand khawatir, para pengungsi itu akan bergabung dengan pemberontak Islam di Thailand selatan. Tetapi sebagian besar pengungsi ingin melanjutkan perjalanan ke Malaysia, di mana menurut keterangan, sudah hidup lebih dari 20.000 warga Rohingya.
Jumlah pengungsi perahu dari Myanmar bertambah drastis tiap tahunnya. Terutama dari Desember hingga Februari, karena laut Andaman pada bulan-bulan ini biasanya sangat tenang. Menurut keterangan harian Myanmar di pengasingan, Irrawaddy News sejak akhir November lalu lebih dari 650 warga Rohingya ditangkap marinir Thailand.
Menurut informasi radio Inggris BBC, banyak dari mereka hilang tanpa bekas di penjara militer Thailand, di mana mereka dapat ditahan tanpa batas waktu dengan alasan keamanan nasional. Di penjara itu mereka tidak dapat menghubungi pengacara maupun organisasi kemanusiaan. (ml)