1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Empat Faktor Pemicu Kebakaran Hutan dan Lahan Hebat di Eropa

6 Agustus 2021

Musim panas di Eropa baru dilewati setengahnya, tetapi luas area yang hangus dilalap kebakaran hutan yang mengamuk mulai dari kawasan Balkan, Italia hingga Mediterania tenggara telah melampaui angka rata-rata tahunan.

https://p.dw.com/p/3ycKp
Kabakaran hutan dan lahan dahsyat melanda Turki
Warga Marmaris, Turki, menyelamatkan hewan ternaknya dari kobaran apiFoto: YASIN AKGUL/AFP

Kebakaran hutan dan lahan yang membara di seluruh kawasan Eropa selatan mulai meruyak pada bulan lalu - apakah itu dipicu faktor alami oleh sambaran petir maupun akibat pembakaran sengaja oleh kelompok kriminal - makin diperparah oleh kekeringan dan panas ekstrem.

Para ilmuwan tidak meragukan lagi, perubahan iklim adalah pendorong utama musim kebakaran hutan ekstrem bukan hanya di Eropa melainkan juga di kawasan lainnya. Mereka juga memahami adaptasi iklim di negara-negara rawan kebakaran tidak memadai untuk menangani kebakaran hutan yang akan semakin parah.

Kita lihat mengapa negara-negara di kawasan Mediterania dan Balkan sangat rentan terhadap kebakaran hutan dan mengeksplorasi konsekuensi dari pemanasan global.

1. Mengapa wilayah Mediterania sangat rawan kebakaran?

Kebakaran hutan saat musim panas adalah bagian alami dan sering kali penting bagi siklus kehidupan hutan Mediterania. Pada dekade sebelum tahun 2016, tercatat sekitar 48.000 kasus kebakaran hutan menghanguskan rata-rata 457.000 hektar hutan dan lahan setiap tahunnya, di lima negara di Eropa selatan di mana kebakaran hutan paling sering terjadi yakni di Spanyol, Prancis, Portugal, Italia, dan Yunani. Menurut para ilmuwan, api melahirkan pembaruan dan dapat mendorong keanekaragaman hayati di wilayah ini.

Memang, masyarakat yang tinggal di daerah panas dan gersang di seluruh Eropa selatan telah belajar untuk mengatasi jumlah kebakaran tahunan dengan lebih baik, dengan strategi pencegahan kebakaran yang lebih canggih yang mengarah pada penurunan jumlah dan luasan area kebakaran hutan secara keseluruhan sejak tahun 1980.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, makin sering peristiwa kebakaran hutan meningkat drastis, jauh melampaui besaran dan intensitas normalnya.

Kebakaran hutan dahsyat pada tahun 2017 dan 2018 merenggut ratusan nyawa di seluruh wilayah yang membentang dari Turki hingga Spanyol, sementara areal luas di negara-negara di Eropa tengah dan utara, termasuk Swedia, juga terbakar hangus.

Peristiwa kebakaran yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti itu pasti terkait dengan kekeringan ekstrem dan gelombang panas.

2. Apa yang memicu kebakaran?

Bulan Juli 2021 adalah bulan terpanas kedua yang pernah tercatat di Eropa (dan terpanas ketiga secara global). Bagian selatan benua Eropa telah menjadi fokus panas yang ekstrem, dengan suhu di Yunani diperkirakan mencapai 47 derajat Celsius.

Yunani dan negara tetangganya, Turki berada di tengah-tengah gelombang panas yang bisa menjadi yang terburuk dalam 30 tahun terakhir. Fenomena ini membangkitkan kenangan pada musim kebakaran hutan mengerikan tahun 1987 yang merenggut lebih dari 1.500 korban jiwa di Yunani.

Di Turki, hampir 200 kebakaran hutan di berbagai lokasi yang terpisah berkobar hanya dalam waktu seminggu, memaksa ribuan penduduk pesisir dan turis untuk melarikan diri ke Laut Adriatik demi keselamatan mereka.

Jadi, pembakaran hutan secara sengaja maupun penyebab alami seperti sambaran petir, sama-sama harus disalahkan sebagai pemicu kebakaran hutan. Namun, panas ekstrem telah meningkatkan intensitasnya dan merupakan penyebab sebenarnya dari kehancuran yang terjadi di seluruh wilayah yang dilanda karhutla. Inilah penyebabnya mengapa luas area telah terbakar di seluruh Eropa hingga 5 Agustus, sekitar 55% lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata selama 12 tahun sebelumnya.

Grafik menunjukkan perbandingan kebakaran hutan di Eropa antara tahun 2008 dengan 2021
Grafik menunjukkan perbandingan kebakaran hutan di Eropa antara tahun 2008 dengan 2021

Fakta ini diperparah dengan pengelolaan hutan yang sudah ketinggalan zaman dan terkadang bahkan perlindungan yang berlebihan terhadap hutan alami, misalnya dengan cara mencegah api.

Kebakaran pada 1 Agustus lalu, juga berkobar di Pineta Dannunziana, hutan pinus perkotaan di kota Pescara, Italia, yang memaksa 800 orang mengungsi. Namun, karena kawasan tersebut merupakan cagar alam yang dilindungi, maka kawasan tersebut tidak diatur dalam pengelolaan hutan dan oleh karena itu tidak dibersihkan secara teratur dari pohon dan semak yang mati dan kering. "Semak belukar terbakar dengan sangat cepat," kata Carlo Masci, Wali Kota Pescara.

"Di sebagian besar wilayah Mediterania, kebijakan manajemen kebakaran hutan saat ini umumnya terlalu fokus pada pemadaman api dan tidak lagi disesuaikan dengan perubahan global yang sedang berlangsung," demikian publikasi dari para penulis studi tahun 2021 tentang "Memahami Perubahan Kebakaran di Eropa Selatan."

3. Jadi apa hubungannya iklim dengan itu?

Area yang terbakar di wilayah Mediterania dalam kurun 40 tahun terakhir telah sedikit berkurang, ini terutama karena adanya upaya pengendalian kebakaran yang lebih efektif, demikian laporan Badan Lingkungan Eropa (EEA).

Namun, pemanasan global meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan kondisi cuaca kebakaran secara global - seperti yang disaksikan selama kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Australia dan California dalam beberapa tahun terakhir. Dan mau tidak mau, perubahan iklim telah meningkatkan risiko kebakaran hutan di seluruh Eropa, termasuk wilayah tengah dan utara yang biasanya tidak rawan kebakaran.

Rekor kekeringan dan gelombang panas saat ini di seluruh wilayah Mediterania mengingatkan akan peristiwa tahun 2018 ketika "lebih banyak negara mengalami kebakaran besar daripada sebelumnya," menurut EEA.

Di Yunani, lebih dari 100 orang tewas dalam apa yang disebut sebagai kebakaran Attica pada tahun 2018 - peristiwa kebakaran paling mematikan dalam kedua abad ini setelah kebakaran Sabtu Hitam 2009 di Australia.

"Perluasan daerah rawan kebakaran dan musim kebakaran yang lebih lama, diproyeksikan akan terjadi di sebagian besar wilayah Eropa," kata EEA.

Emisi karbon tidak menurun cukup cepat untuk membatasi pemanasan ini, meskipun ada kesepakatan iklim seperti Kesepakatan Hijau Eropa dan Kesepakatan Iklim Paris.

“Mereka membuat rencana, mereka menentukan tujuan, tetapi mereka tidak benar-benar bertindak,” kata Mojib Latif, seorang ilmuwan iklim di Helmholtz Center for Ocean Research. "Sejak tahun 1990, emisi karbon global meningkat 60%," katanya kepada DW. Latif juga menambahkan, emisi akan meningkat lagi pada tahun 2021 menyusul perlambatan terkait pandemi tahun sebelumnya.

Peta sebaran lokasi kebakaran hutan dan lahan di Eropa
Peta sebaran lokasi kebakaran hutan dan lahan di Eropa

4. Apa dampaknya bagi iklim?

Secara global, kebakaran hutan bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca yang signifikan dan untuk 5-8% dari 3,3 juta kematian dini tahunan adalah akibat kualitas udara yang buruk, demikian menurut LSM iklim, Carbon Brief. Namun, emisi karbon dari kebakaran hutan telah menurun dalam beberapa dekade terakhir. Ini berkat pencegahan kebakaran yang lebih baik.

Dampak Pemanasan Global Makin Dramatis

Masalah yang tersisa adalah keparahan atau intensitas kebakaran yang memiliki efek lebih luas pada penyerapan karbon karena hutan terbakar sangat parah sehingga tidak tumbuh kembali.

Pada tahun 2017, emisi CO2 dari kebakaran hutan ekstrem di Eropa barat (yaitu Semenanjung Iberia, Prancis selatan, dan Italia) adalah yang tertinggi setidaknya sejak tahun 2003, mencapai sekitar 37 teragram CO2.

Untuk menempatkan angka ini dalam konteksnya, kebakaran hutan yang sangat besar di Semenanjung Iberia dan pantai Mediterania pada tahun 2003, menyumbang tingkat emisi antropogenik yang sama dengan semua emisi Eropa barat digabungkan.

Dan jika intensitas kebakaran hutan membunuh hamparan hutan yang signifikan pada tahun 2021, hilangnya kapasitas penyerap karbon ini, bisa punya efek lebih merusak bagi iklim. (sc/as)