1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Enam Harapan untuk Sains dan Teknologi di Tahun 2025

2 Januari 2025

Pengembangan teknologi menghasilkan ragam terobosan di tahun 2024. Ke depan, sains diharapkan bisa menjawab tantangan terbesar umat manusia, wabah, kelaparan dan krisis iklim.

https://p.dw.com/p/4ojer
Ilustrasi 3D sel syaraf manusia
Ilustrasi 3D sel syaraf manusiaFoto: Christoph Burgstedt/Zoonar/picture alliance

Tahun 2024 menghasilkan sederet terobosan sensasional, seperti diagnosa dini Alzheimer lewat uji sampel darah, transplantasi ginjal hewan untuk manusia atau obat yang lebih ampuh melawan HIV - AIDS.

Kemajuan sains tidak hanya terbatas di sektor kesehatan. Sejumlah proyek pengembangan bahkan berpeluang memecahkan masalah terbesar abad ini, wabah, kelaparan, transformasi energi, disinformasi dan krisis iklim.

1. AI demi kemaslahatan manusia

Teknologi kecerdasan buatan, AI, akan semakin mendominasi keseharian manusia di tahun 2025. Mulai dari layanan konsumen, mesin pencarian atau mobil otonom, AI mulai diaplikasikan di hampir semua lini kehidupan.

Manusia baru mulai memahami peluang dan risiko di balik revolusi teknologi ini.

Di banyak bidang, AI melaksanakan pekerjaan dengan lebih cepat dan efektif dibandingkan manusia. Keberadaannya akan menghilangkan banyak lapangan pekerjaan. Di sisi lain, AI dalam bidang kedokteran dapat membawa manfaat besar, karena penyakit seperti kanker atau Alzheimer dapat dideteksi dan diobati lebih awal. Algoritma AI dengan mudah mengenali pola abnormal dalam prosedur pencitraan seperti sinar-X, USG, atau MRI yang mungkin terlewatkan oleh dokter.

Oleh karena itu, keseimbangan antara inovasi yang bermanfaat dan regulasi yang diperlukan diperlukan. Kita harus menggunakan Kecerdasan Buatan sebagai alat untuk kepentingan umat manusia. Sederhananya, ini seperti api yang kita gunakan untuk memasak atau menghangatkan kita, tetapi juga dapat digunakan untuk membakar rumah.

Kamu Bisa Bikin Protein dari Udara!

2. Dekarbonisasi dan inovasi baterai

Untuk memperlambat perubahan iklim, perluasan energi terbarukan mutlak diperlukan.

Modul surya dan turbin angin diharapkan akan menjadi semakin efisien dan hemat biaya pada tahun 2025. Terobosan juga dicapai dalam teknologi baterai, untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan tidak bergantung pada matahari dan angin.

Di masa depan, penyimpanan bahan kimia, seperti baterai konvensional, baterai aliran redoks, superkapasitor, dan hidrogen, atau penyimpanan fisik seperti teknik baterai roda gila, pompa hidroelektrik atau kompresi udara, akan dijadikan sebagai perangkat penyimpanan energi yang besar.

Dalam industri otomotif, baterai solid-state pertama, yaitu baterai lithium-ion dengan elektrolit padat, akan memasuki pasar pada tahun 2025. Baterai ini terbukti lebih kuat, mengisi daya lebih cepat, lebih ringan dan bertahan lebih lama.

Jenis baterai alternatif yang tidak bergantung pada elemen langka dan mahal seperti litium dan kobalt juga diharapkan akan masuk ke pasar. Baterai zinc, magnesium atau aluminium-ion serta baterai zinc-air masih belum sekuat baterai lithium, namun hanya membutuhkan sumber daya yang tersedia secara luas. Dan beberapa baterai aliran natrium-sulfur atau redoks telah berhasil digunakan.

Baterai Mini Berdaya Raksasa untuk Industri Berat

3. Disinformasi dan deepfakes

Deepfake dan disinformasi mengancam tenun sosial, dan berpotensi memanipulasi opini publik dan proses politik.

Penyalahgunaan AI tidak hanya menyebabkan peningkatan jumlah disinformasi secara signifikan. Pengembangan teknologi juga membuat sulit pengguna membedakan antara konten asli dan konten yang dibuat secara artifisial dan dimanipulasi.

Pemerintah dan pelaku industri kini diharapkan bisa mengembangkan sistem yang efisien dalam mendeteksi dan menghilangkan disinformasi dan deepfake secara real-time.

4. Vaksin melawan kanker

Meskipun vaksinasi kanker belum akan ditemukan, dunia medis sedang mengembangkan vaksinasi terhadap infeksi yang menyebabkan jenis kanker tertentu. Saat ini sudah ada dua vaksinasi yang efektif, yakni melawan kanker serviks yang disebabkan oleh virus human papilloma, HPV, dan tumor hati disebabkan oleh virus hepatitis B.

Selama pandemi corona, vaksin yang sangat efektif melawan patogen SARS-CoV-2 dikembangkan dalam beberapa bulan menggunakan teknologi mRNA.

Teknologi mRNA juga diharapkan memberikan dorongan baru bagi penelitian kanker, terutama dalam mengembangkan vaksinasi terhadap kanker kulit, kanker paru-paru, kanker payudara, dan kanker pankreas.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

5. Manipulasi genetika melalui teknolgi CRISPR

Sikap antipati terhadap teknologi "manipulasi genetik” dalam pertanian perlu dikaji ulang. Krisis iklim akan berdampak drastis dan populasi dunia terus bertambah, sebabnya diperlukan tanaman baru yang lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan dan hama.

Pertanian akan mendapat manfaat dari teknologi CRISPR yang revolusioner. Hal ini dapat menjamin pasokan pangan bahkan di daerah yang terkena dampak perubahan iklim.

Dalam dunia kedokteran, penyakit genetik seperti anemia sel sabit atau fibrosis kistik akan disembuhkan dalam waktu dekat berkat alat pengeditan gen. Selain itu, terapi gen yang dirancang khusus telah dikembangkan untuk orang-orang dengan penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, kanker, infeksi HIV atau malaria.

6. Harga obat-obatan lebih murah

Meski dunia riset medis telah berhasil menghasilkan obat-obatan yang sangat efektif, namun harganya masih tidak terjangkau buat banyak orang. Kurangnya akses terhadap obat-obatan di negara-negara miskin merupakan masalah lama.

AIDS, tuberkulosis, dan hepatitis C juga dapat diberantas secara efektif di wilayah selatan, namun hak paten dan harga tinggi yang diakibatkannya masih menghambat penggunaan obat ini secara luas.

Tentu saja, penelitian dan pengembangan medis juga harus bermanfaat bagi lembaga dan perusahaan farmasi. Namun, demi pasokan obat-obatan global yang adil, sebaiknya biaya pengembangan dipisahkan dari harga jual dan pendekatan penelitian baru.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman