Fakta Seputar Kerusuhan dan Penyanderaan di Mako Brimob
155 tahanan terlibat dalam kasus kerusuhan dan penyanderaan di dalam rutan Mako Brimob. 40 jam lamanya operasi pengambilalihan Mako Brimob berlangsung hingga polisi dapat kendalikan situasi. Apa yang sebenarnya terjadi?
Berawal dari makanan
Kerusuhan pecah pada pukul 19:30, Selasa (08/05) akibat cekcok seputar makanan. Seorang narapidana menanyakan titipan makanan kepada seorang petugas. Ketika titipan tidak diberikan, napi tidak terima dan mengajak rekan-rekan napi lain melakukan kerusuhan dari Blok C dan B. Petugas yang berjaga diserang, sembilan anggota Polri disandera.
Anggota JAD
30 hingga 40 napi terorisme yang menjadi dalang kerusuhan dan membobol teralis besi tahanan di gedung C. Mereka diketahui bagian dari Jamaah Anshorut Daulah (JAD), jaringan yang berafiliasi dengan ISIS pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi, ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto. Salah satu tuntutan narapidana saat itu adalah bertemu dengan Aman Abdurrahman, pimpinan ISIS di Indonesia.
Seluruh blok tahanan dikuasai
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto menyebutkan ketika kericuhan terjadi, narapidana terorisme mengusai enam blok tahanan di dalam tiga gedung termasuk blok tempat mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ditahan. Selain itu, para narapidana terorisme disebutkan merampas senjata milik polisi dan menjebol ruang penyimpanan barang bukti.
155 tahanan menyerahkan diri
40 jam lamanya napi terorisme menyandera rutan di Mako Brimob Depok. Penyanderaan berakhir, ketika 145 napi menyerahkan diri. 10 tahanan lainnya sempat bertahan hingga akhirnya polisi menyerbu masuk ke dalam rutan dengan menembakkan bom asap dan gas air mata. Satu narapidana terorisme dilaporkan tertembak saat berupaya merebut senjata petugas.
ISIS klaim bertanggung jawab
Menkopolhukam Wiranto awalnya menyebutkan bahwa yang terlibat dalam aksi kerusuhan tersebut adalah napi terorisme. Melalui kantor berita ISIS, Amaq News Agency, kelompok pimpinan Abu Bakar al-Bahgdadi mengirimkan pesan berbahasa Arab yang menyatakan gerilayawannya terlibat baku tembak dengan anggota satuan anti teror Densus 88.
Olah TKP
Pasca berakhirnya kerusuhan di Mako Brimob, penyidik langsung menggelar proses pemeriksaan tempat kejadian perkara (TKP). Petugas mengumpulkan bukti yang menjelaskan seluruh peristiwa kerusuhan dan penyanderaan, yang hasilnya akan disampaikan kepada publik melalui konferensi pers sehari kemudian.
Gugur saat bertugas
Lima korban tewas dari pihak kepolisian dilaporkan dibunuh dengan senjata tajam. Hasil identifikasi memperlihatkan sebagian besar korban mengalami luka dalam di bagian leher dan satu korban mengalami luka tembak di kepala. Empat anggota Densus 88 Antiteror yang selamat tak luput dari penyiksaan yang sama. Mereka diduga dianiaya dengan sadis terlihat dari sejumlah luka di sekujur tubuh.
Kenaikan pangkat luar biasa
Lima anggota Densus 88 Antiteror yang gugur saat kericuhan di dalam rutan Mako Brimob mendapat kenaikan pangkat luar biasa. Kelima anggota Polri tersebut yakni: Iptu Luar Biasa Anumerta Yudi Rospuji Siswanto, Aipda Luar Biasa Anumerta Denny Setiadi, Brigpol Luar Biasa Anumerta Fandy Setyo Nugroho, Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadhli dan Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas.
Bukan kali pertama
Kerusuhan serupa yang melibatkan narapidana kasus terorisme pernah terjadi di Mako Brimob pada 10 November 2017. Saat itu anggota Densus 88 menggeledah sel dan menemukan empat telepon seluler milik narapidana kasus terorisme. Seorang tahanan yang tidak terima atas aksi penggeledahan melakukan provokasi dan memicu kerusuhan yang dapat diselesaikan tanpa menimbulkan korban.
Tidak takut terorisme
Teror yang diarahkan kepada aparat kepolisian mendapat perhatian publik lewat tagar 'Tindak Tegas Teroris'. Presiden Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/5/2018) juga angkat suara. "Negara dan seluruh rakyat tidak pernah takut dan tidak akan pernah memberi ruang kepada terorisme dan upaya-upaya yang mengganggu keamanan negara." Ed: ts/ (dari berbagai sumber).