Filipina Hadapi Lonjakan Kasus Infeksi HIV Lebih 500 %
26 Desember 2024Ruang tunggu di lantai tiga pusat perbelanjaan di Manila yang ramai terasa nyaman. Pria dan perempuan muda duduk di sofa biru muda yang mewah di sebelah meja tempat kondom. Ada yang tak beraroma, ada pula yang beraroma cokelat. Nampak pula pelumas berjejer di sebelah pamflet kecil berisi tips agar hubungan seks yang menyenangkan bisa berlangsung aman.
Dr. Jeremy Jordan Castro, petugas medis dari pusat pengujian HIV dan infeksi menular seksual (IMS) Klinika Eastwood, mengatakan kepada DW kenyamanan yang ditawarkan klinik itu sengaja dilakukan. Mengapa?
"Kami ingin menormalkan pengujian HIV dan IMS sebagai bagian dari perawatan kesehatan rutin. Dengan kemajuan dalam pengobatan dan teknologi, HIV sekarang dapat ditangani seperti kondisi kronis lainnya seperti hipertensi atau diabetes," ungkapnya.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sebagian besar layanan klinik, yang mencakup pemeriksaan IMS serta pengobatan untuk mencegah HIV sebelum atau setelah potensi paparan, dilakukan secara gratis dan dijelaskan oleh tim beragam gender yang terlatih untuk memberikan konseling rahasia.
Klinika Eastwood merupakan bagian dari upaya pemerintah yang lebih luas, untuk menghilangkan stigma pada perawatan kesehatan seksual, mendorong pengujian dan perawatan HIV, serta berusaha menurunkan tingginya peningkatan infeksi HIV di Filipina, terutama di kalangan kaum muda.
Menurut laporan global UNAIDS yang dirilis awal bulan ini, negara tersebut telah mengalami peningkatan infeksi baru yang mengejutkan sebesar 543% antara tahun 2010 hingga 2023.
Meskipun masih menjadi negara dengan insiden rendah, dengan jumlah total orang yang hidup dengan HIV (ODHA) tercatat sebesar 189.900 tahun lalu, Departemen Kesehatan Filipina (DOH) memperingatkan, jika tren saat ini berlanjut, jumlah ODHA dapat mencapai 448.000 pada tahun 2030.
Kaum muda paling terdampak oleh HIV
Berlawanan dengan tren global umum dalam mengelola dan mengurangi infeksi HIV, Filipina menjadi anomali, karena kini justru bergulat dengan perkiraan 50 infeksi baru yang didiagnosis setiap hari. Hampir setengah dari infeksi baru pada tahun 2024 terjadi pada individu berusia 15-24 tahun, dengan LSL (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) menyumbang 89% dari kasus ini.
"Kami melihat tingkat infeksi yang mengingatkan kita pada New York atau San Francisco selama puncak krisis AIDS pada tahun 1980-an," papar Benedict Bernabe, yang merupakan kepala kelompok advokasi dan kesadaran HIV The Red Whistle.
Bernabe mencatat, sejak tahun 2005 kasus infeksi baru telah bergeser, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria. Dia menekankan perlunya sumber daya kesehatan pemerintah untuk beradaptasi, dengan fokus pada peningkatan pengujian dan intervensi yang ditargetkan untuk kelompok demografi ini.
Gibby Gorres dari kolektif Asia Tenggara Melawan Stigma mengakui, peningkatan kasus HIV yang tercatat di kalangan pemuda sebagian mencerminkan keputusan pemerintah untuk menurunkan usia tes HIV tanpa persetujuan orang tua menjadi 15 tahun. Namun, ia memperingatkan, agar tidak terjadi kepanikan moral di negara yang mayoritas beragama Katolik itu.
"Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa kaum muda aktif secara seksual, beberapa mungkin dengan satu atau banyak pasangan. Kita perlu membekali mereka dengan informasi kesehatan seksual yang benar dan memungkinkan mereka mengakses pengujian dan pengobatan dengan aman," kata Gorres.
Kesempatan yang hilang untuk intervensi dini
Satu dari tiga orang yang hidup dengan HIV (ODHA) di Filipina didiagnosis pada stadium lanjut, dan seringnya baru terdeteksi setelah diagnosis infeksi yang mendasarinya, seperti tuberkulosis atau pneumonia. Pada tahun 2023, diagnosis yang tertunda menyebabkan 1.700 kematian terkait AIDS, meskipun ada kemajuan global dalam pengobatan seperti profilaksis pra dan pasca pajanan, yang tersedia gratis di klinik yang dikelola pemerintah.
Namun, data pemerintah menunjukkan, hanya 13% dari populasi kunci yang mengetahui profilaksis pra pajanan, dan hanya 60% yang mengetahui bahwa tes HIV gratis.
"Tingginya angka diagnosis terlambat menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk tes HIV yang mudah diakses dan tepat waktu," kata Direktur Eksekutif UNAIDS Filipina Lui Ocampo.
Saat ini, diperkirakan hampir 40% orang yang hidup dengan HIV (PLHIV) di Filipina tidak terdiagnosis, akibat kesalahpahaman tentang HIV dan rendahnya tingkat kesadaran warga. Di antara sebagian masyarakat, seperti wanita transgender (TGW) dan pekerja seks wanita (FSW), pengetahuan tentang HIV masih sangat rendah, berkisar sekitar 30%.
Jalan panjang masih harus ditempuh
Elena Felix telah hidup dengan HIV selama 30 tahun. Nenek berusia 66 tahun itu mengingat diagnosisnya pada tahun 1990-an, ketika dokter memvonisnya hanya maksimal 10 tahun untuk hidup.
Saat ini, Felix adalah pendukung setia hak-hak pengidap HIV, dan memimpin Association of Positive Women Advocates Inc. (APWAI), sebuah kelompok pendukung dan advokasi bagi perempuan yang hidup dengan HIV. Dia adalah salah satu pengadu dalam kasus besar terhadap pengacara Larry Gadon yang menyindir bahwa mantan Presiden Benigno Aquino III meninggal karena AIDS. Aquino meninggal karena penyakit ginjal pada tahun 2021.
Gadon bahkan mencemooh dan mengancam ODHA yang berencana mengajukan pengaduan, dan memperingatkan bahwa mereka akan dipermalukan di depan umum. Awal tahun ini, Mahkamah Agung memutuskan untuk mencabut izin praktik Gadon. Felix berharap kemenangan itu mengirimkan pesan yang kuat: Status HIV tidak boleh digunakan untuk mempermalukan atau mendiskreditkan siapa pun.
"Jika sebagian orang berpikir bahwa mereka dapat menggunakan misinformasi tentang HIV untuk mempermalukan dan merendahkan mantan presiden, hal itu dapat sangat merusak dan membuat putus asa, terutama bagi kaum muda. Kita perlu mengubah pola pikir menyalahkan korban yang mengatakan bahwa jika Anda tertular HIV, itu adalah hukuman mati atas perbuatan Anda sendiri,"pungkas Felix kepada DW.
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris