1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Front Aksi Islam Yordania Kalah Dalam Pemilu

22 November 2007

Dalam pemilu untuk kedua kalinya di bawah Raja Abdullah II, para calon yang setia pada raja kembali memperoleh mayoritas suara. Kebanyakan dari mereka tampil sebagai calon-calon independen.

https://p.dw.com/p/CT7F
Seorang petugas menghitung kotak suara di Amman
Seorang petugas menghitung kotak suara di AmmanFoto: AP

Bagi Front Aksi Islam Yordania, pemilu itu sudah jelas dimanipulasi. Hamzeh Mansour salah seorang tokoh partai itu mengemukakan, ia melihat sendiri, bahwa penghitungan suara tiba-tiba dihentikan. Pelakunya mungkin dari salah satu kementrian. Padahal belum semua suara dihitung. Tak lama kemudian hasilnya diumumkan.

Manipulasi atau bukan, yang jelas hasil akhir sementara mencerminkan kekalahan Front Aksi Islam. Bahkan juga di kubu mereka sendiri, yaitu kota industri Zarka yang miskin, tidak ada calon yang unggul. Sebaliknya yang menang adalah calon-calon independen, yang sebagian besarnya adalah pengusaha dan anggota dari keluarga besar yang dekat dengan kerajaan.

Proses pemilu di TPS memang berjalan sebagaimana mestinya, tetapi bahwa ada upaya manipulasi, itu memang tidak perlu diragukan. Hamzeh Mansour dari Front Aksi Islam menyebut hal itu sebagai suatu kejahatan. Dan ada beberapa hal tidak mau dikemukakannya, karena ia takut ditahan polisi. Seorang jurubicara lainnya dari partai itu memperingatkan: "Bila orang-orang sampai pada batas, dimana mereka tidak dapat lagi menanggung penindasan, maka banyak hal akan berubah dan semua kemudian jalan sendiri."

Parlemen Yordania memiliki 110 kursi, dan Front Aksi Islam tidak berhasil memperoleh 6 kursi sekali pun. Padahal selama ini mereka memiliki 17 kursi.

Hampir semua mandat jatuh ke calon-calon independen atau calon dari partai-partai kecil yang tidak berarti.
Enam mandat disediakan khusus bagi perempuan. Dan kali ini ada seorang lagi perempuan yang berhasil masuk ke parlemen, seorang calon dari Madaba, sebuah kota dengan kelompok minoritas Kristen yang kuat. Ini baru pertama kalinya seorang perempuan memenangkan mandat langsung.
Tetapi parlemen yang baru terpilih itu pun hampir tidak punya pengaruh pada politik yang dijalankan di Yordania. Sebab keputusan akhir terletak di tangan Raja Abdullah. Ia dapat menghentikan berlakunya semua UU, ia bisa memberhentikan kepala pemerintahan dan para menteri, bahkan juga membubarkan parlemen.