Geng Gulabi: Perempuan 'Jagoan' dalam Balutan Pink
Misinya: membela kaum tertindas. Para pria yang lakukan aksi kekerasan, termasuk kekerasan seksual dipaksa bertekuk lutut oleh geng perempuan berbusana pink ini. Pemerkosa, suami pemukul istri jadi sasaran mereka.
Reaksi atas maraknya kekerasan
Kasus kekerasan terhadap perempuan di India, terutama perkosaan, marak diberitakan di media massa internasional. Gulabi Gang atau Geng Gulabi lahir akibat maraknya kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Pertama kali muncul di Bundelkhand, Uttar Pradesh, India Utara kelompok itu menyebar dan semakin progresif.
Sang penggagas
Pendirinya adalah Sampat Pal Devi. Ibu dari lima anak dan mantan pekerja kesehatan pemerintah. Gagasan muncul setelah ia melihat banyaknya perempuan korban kekerasan, teruatama kekerasan dalam rumah tanggga (KDRT), termasuk pula di antaranya kekerasan seksual. Para korban kerap tidak mendapat perlakuan adil di lembaga peradilan.
Serba merah jambu
Pada tahun 2002 bersama 5 orang temannya, Sampat mendirikan kelompok pembela hak perempuan ini yang dinamai Gulabi Gang atau Geng Gulabi. Ciri khasnya: mereka mengenakan busana tradisional kain sari berwarna pink. Dalam kurun waktu 5 tahun, kelompok ini kini beranggotakan sekitar 20.000 orang, kebanyakan dari mereka adalah korban KDRT dan kekerasan seksual.
Berbekal tongkat
Namun tongkat yang mereka bawa sebenarnya merupakan senjata terakhir, apabila solusi tidak tercapai lewat diskusi, dialog, demonstrasi atau mogok makan. Selain itu, hampir seluruh anggota geng Gulabi punya keahlian Lathi, yakni seni bela diri menggunakan tongkat. Dengan keahlian ini, geng Gulabi membuat para bandit dan pejabat korup jadi ketar-ketir.
Hajar yang kurang ajar, termasuk suami
Jika terjadi kasus KDRT atau kekerasan seksual yang tidak ditangani dengan semestinya oleh pihak berwenang, maka para anggota Geng Gulabi bakal turun tangan. Mereka berhimpun dan dengan bersenjatakan tongkat akan menghajar lelaki pelaku aksi kekerasan. Termasuk para suami yang suka memukuli isterinya atau saudara pria yang melakukan kekerasan pada saudara perempuannya.
Melawan patriarki
Uttar Pradesh dimana lahirnya Gulabi, menurut Sampat Pal Devi adalah kawasan miskin yang budaya patriarkisnya masih amat tinggi. Perempuan selama ini mengalami banyak kekangan. Perempuan sering mejadi korban kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Geng Gulabi bergerak untuk mengatasi ketidaksetaraan jender dan kriminalitas di wilayah ini. Mereka memberikan penyuluhan dan pendampingan jender.
Menimbulkan efek jera
Ketika perkosaan itu menimpa kasta rendah, biasanya polisi tak turun tangan. Pernah ada kasus, seorang perempuan kasta rendah diperkosa oleh laki-laki kasta atas. Kasusnya tidak ditindaklanjuti polisi. Warga yang protes, malah ditahan. Akhirnya, geng Gulabi turun tangan. Mereka menyerbu kantor kepolisian dan menuntut agar semua warga yang ditahan dilepas dan pelaku pemerkosaan ditangkap.
Tindakan di luar hukum
Banyak kalangan mendukung gerakan Sampat dan kawan-kawan. Namun tak jarang pula yang mengecamnya sebagai tindakan di luar hukum. Gang Gulabi berkilah, jika hukum tak mampu melindungi perempuan, kami sebagi perempuan harus melindungi diri sendiri. Ed: ap/yf (berbagai sumber)