1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PanoramaJerman

Jajanan Ngetren Cokelat Dubai Juga Viral di Jerman

12 Desember 2024

Natal kali ini, para pecinta cokelat di Jerman tergila-gila dengan cokelat Dubai, antrean pembeli cokelat Dubai mengular di pasar Natal Jerman.

https://p.dw.com/p/4o0pj
Cokelat Dubai
Cokelat DubaiFoto: Wolfgang Maria Weber/IMAGO

Pada suatu malam di Desember yang dingin, puluhan pengunjung pasar Natal, yang mengenakan mantel, syal, dan topi, berkerumun di sekitar kios di dekat katedral bersejarah di Kota Köln, Jerman.

Aroma manis memenuhi udara dan orang-orang berbicara dalam bahasa Jerman, Prancis, Inggris, dan Belanda. Di balik meja kasir, kacang mede dan buah kering ditumpuk tinggi.

Namun, sebagian besar mata pengunjung tertarik ke bagian tengah pajangan: tumpukan cokelat susu buatan tangan berwarna hijau dan dikenal sebagai "cokelat Dubai."

Berawal dari fenomena media sosial, kelezatan renyah ini sekarang juga bisa ditemui di pasar Natal tradisional Jerman seperti di Köln.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Kios ini dikelola oleh Kischmisch Manufaktur, sebuah toko makanan lokal. Pendirinya, Nasratullah Kushkaki, mengatakan untuk saat ini, cokelat Dubai menjadi produk terlaris. Cokelat jenis ini sering kali habis terjual meskipun harganya relatif mahal, yakni €7,50 (sekitar Rp125 ribu) untuk tiap 100 gram.

Kushkaki bukan satu-satunya yang memanfaatkan tren viral ini, dengan pedagang pasar Natal di seluruh Jerman kini menawarkan berbagai penemuan lezat seperti krep cokelat Dubai, cokelat panas Dubai, dan wafel cokelat Dubai.

Tapi, apa boleh semua orang main comot nama Dubai untuk jenis produk mereka?

Antrean panjang di depan toko cokelat Lindt di Hamburg, Jerman
Sejak viral, massa harus sabar mengatre untuk bisa membeli cokelat Dubai dari toko cokelat Lindt di Hamburg, Jerman.Foto: Nikolai Kislichko/Horrmann Kislichko GbR/IMAGO

Berasal dari Dubai di Timur Tengah

Sesuai namanya, cokelat Dubai kemungkinan besar berasal dari Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Sarah Hamouda disebut sebagai penciptanya. Ia adalah pendiri Fix Dessert Chocolatier yang berbasis di Dubai dan seorang influencer media sosial. Pengusaha itu berbagi di Instagram bahwa semuanya berawal dari rasa ngidamnya ketika masa hamil.

Suaminya tidak dapat menemukan hidangan penutup yang bisa meredakan rasa ngidamnya di Dubai. Jadi Hamouda menciptakannya sendiri: cokelat renyah yang diisi dengan krim pistachio dan benang kue kering kadayif yang renyah. Tak lama kemudian, sajian cokelat Dubai menjadi viral di TikTok. 

Cokelat Dubai, apa namanya dilindungi hak cipta?

Hampir semua orang dapat membuat sajian cokelat yang sedang tren ini, tetapi dapatkah mereka menyebutnya cokelat Dubai?

Nama produk berdasarkan asal dapat dilindungi secara global sebagai merek dagang. Misalnya, istilah Champagne diperuntukkan bagi anggur bersoda dari wilayah Champagne di Prancis. 

Penjual cokelat Dubai di pasar Natal Köln, Jerman
Keviralan coklat Dubai seolah jadi hadiah natal bagi penjual manisan seperti Nasratullah Kushkaki. Terlihat coklat dijual seharga 15 euro atau sekitar Rp500 ribu per 200 gram.Foto: DW

Undang-Undang Jenewa dari Perjanjian Lisbon adalah perjanjian internasional yang melibatkan 30 negara, termasuk UE, yang pada dasarnya melindungi produk berdasarkan nama geografis suatu negara, wilayah, atau lokasi tempat produk tersebut dibuat. 

Namun, seperti yang dijelaskan pengacara paten Rüdiger Bals, perlindungan ini hanya berlaku untuk negara-negara yang menjadi bagian dari perjanjian tersebut, dan UEA bukanlah anggotanya. Itu berarti, istilah cokelat Dubai tidak dapat dilindungi berdasarkan perjanjian ini, katanya kepada DW.

Namun, perjanjian bilateral antarnegara dapat mengamankan perlindungan hak untuk penamaan semacam ini. UEA "secara teoritis dapat mendaftarkan cokelat Dubai sebagai indikasi geografis dalam yurisdiksinya," Kantor Paten dan Merek Dagang Jerman mengatakan kepada DW dalam sebuah pernyataan, dan kemudian mengajukan perlindungan di UE.

Nama merek yang populer

Di Jerman dan Eropa sendiri saat ini banyak toko roti, toko kue, influencer, dan bahkan produsen cokelat besar seperti perusahaan Swiss Lindt, mengikuti tren ini dan menjual produk mereka sendiri dengan nama cokelat Dubai.

Di Jerman sendiri, ada 19 aplikasi merek dagang aktif untuk permen dengan nama Dubai, menurut kantor paten. Di seluruh Eropa, ada lebih dari 30 aplikasi semacam itu hingga 4 Desember 2024. 

Cokelat Dubai
Toko roti lokal, pembuat manisan, dan produsen coklat skala kini juga menjual coklat Dubai versi mereka sendiriFoto: TOBIAS SCHWARZ/AFP

Namun Rüdiger Bals ragu ini akan berhasil karena "hukum merek dagang akan memeriksa apakah suatu istilah itu khas, dan istilah cokelat Dubai seperti itu kemungkinan tidak memiliki keunikan yang cukup," katanya.

Cokelat Dubai telah menjadi istilah umum untuk cokelat isi krim pistachio dengan kadayif, mirip dengan istilah cokelat Sinterklas, yang juga tidak dapat diberi merek dagang karena secara luas dipahami sebagai istilah umum untuk figur cokelat berbentuk seperti Sinterklas.

Beberapa produsen mencoba mendaftarkan variasi dari cokelat ini. YouTuber Jerman Kiki Aweimer, misalnya, memilih nama dagang "Kiki's Dubai Chocolate."

Namun karena cokelat Aweimer kemungkinan tidak cukup berbeda dari cokelat Dubai dari produsen lain, produk tersebut mungkin tidak akan dapat memantapkan dirinya sebagai merek.

Menurut Bals, penggunaan istilah cokelat Dubai dapat menimbulkan "masalah representasi yang menyesatkan," karena undang-undang merek dagang menolak istilah yang "menunjukkan hubungan geografis yang salah."

Itu berarti, menyebut suatu produk cokelat Dubai bisa dianggap menyesatkan jika tidak ada bahan, seperti cokelat atau pistachio, yang benar-benar berasal dari Dubai. 

Buatannya jadi viral, pencipta tren cokelat Dubai tidak berkomentar

Pencipta asli, Sarah Hamouda dan perusahaannya Fix Dessert Chocolatier, secara teoritis dapat mendaftarkan istilah cokelat Dubai sebagai merek dagang di Jerman atau Uni Eropa.

DW menghubungi perusahaan tersebut tentang rencana potensial untuk perlindungan tetapi tidak mendapat tanggapan hingga saat artikel ini ditulis.

Meskipun masalah merek dagang belum selesai, satu hal yang pasti: tahun ini, cokelat Dubai batangan yang tak terhitung jumlahnya akan dinikmati di seluruh dunia.

Bagi Nasratullah Kushkaki, kegilaan cokelat adalah kenikmatan yang datang pada saat yang tepat. Saat matahari terbenam di pasar Natal di Köln, semakin banyak orang mengantre di kiosnya untuk menikmati kemewahan cokelat Dubai satu ini.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman.