Apakah Jerman Harus Menimbang Kembali Globalisasi?
7 Desember 2023Globalisasi sedang mengalami masa sulit akhir-akhir ini. Di seluruh dunia, rantai pasokan menderita karena aturan yang ketat. Penutupan akibat pandemi COVID-19 dan pembatasan perjalanan menyebabkan tekanan lebih lanjut. Sekarang, perang di Ukraina dan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan Rusia memperburuk keadaan. Inflasi dan kenaikan harga telah membuat energi dan pangan menjadi lebih mahal. Konsumen biasa, terutama masyarakat miskin, makin kesulitan.
Apakah tatanan dunia sedang runtuh? Apakah status quo saat ini layak untuk diselamatkan? Dunia sedang berubah, dan pemahaman kita tentang globalisasi juga harus berubah, kata Moritz Schularick, Direktur Institut untuk Perkonomian Dunia di IfW di Kiel, Jerman.
Fokus globalisasi tidak bisa lagi hanya pada perolehan keuntungan sebesar-besarnya. Kebijakan globalisasi juga harus mempertimbangkan "keandalan dan implikasi politiknya,” tulis Moritz Schularick dalam publikasi yang menyertai acara diskusi Yayasan Helmut Schmidt, BKHS. "Ini akan menjadi tatanan ekonomi dunia yang baru dibandingkan dengan apa yang biasa kita alami selama 30 tahun terakhir, dan ini akan menjadi tantangan bagi kita.”
Dengan kata lain, meski masih menikmati banyak manfaat dari globalisasi, negara-negara harus menghindari ketergantungan perdagangan dengan negara-negara yang bukan mitra dekat, hal yang menjadi sorotan para ekonomi dalam perang Rusia di Ukraina.
Bagaimana memikirkan kembali globalisasi?
Jerman khususnya punya tiga pertaruhan besar, kata Moritz Schularick: pertumbuhan berkelanjutan melalui perdagangan dengan Cina, energi murah dari Rusia, dan belanja pertahanan yang kecil di bawah payung perlindungan Amerika Serikat.
Ketiga hal tersebut selama bertahun-tahun menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Jerman, namun sekarang justru menjadi sumber kelemahannya. Namun, kata Schularik, masih ada ruang untuk berharap karena Jerman mempunyai potensi besar di banyak bidang. Yang penting, kita harus melihat ke depan, bukan ke belakang.
Acara diskusi BKHS tanggal 4 Desember di Museum Komunikasi Berlin mempertemukan banyak orang untuk membicarakan masalah-masalah rumit ini. Moritz Schularick memimpin diskusi yang berfokus pada energi terbarukan, ketergantungan dari Cina, dan integrasi bisnis dan perdagangan Eropa yang lebih erat.
Mengorbankan efisiensi demi keamanan pasokan?
Masa-masa gas murah dari Rusia telah berakhir. Jerman dan negara-negara Eropa lainnya harus berkonsentrasi pada pengembangan kemampuan energi terbarukan. Yang lebih rumit adalah hubungan Jerman dengan Cina. Moritz Schularick mendorong para pejabat pemerintahan untuk mencermati kebijakan luar negeri dan keamanan mereka.
Cina sekarang menjadi tantangan besar, justru karena perekonomiannya sedang melemah. Hal ini berarti ada lebih sedikit Cina yang membeli produk ekspor Jerman yang berteknologi tinggi. Cina juga kemungkinan akan beralih ke industri domestiknya sendiri sebagai cara untuk tumbuh dengan meningkatkan ekspornya. Ini akan menjadikan Cina pesaing langsung Jerman, kata Moritz Schularick.
Untuk mengatasi hal ini, Jerman dan negara-negara Uni Eropa lainnya perlu bersatu. Hal ini mencakup lebih banyak digitalisasi dan penguatan perbankan Eropa. Pasar domestik Eropa juga perlu diliberalisasi dan dibiarkan tumbuh lebih cepat. Ini adalah pasar yang sangat besar, hanya saja perlu dimanfaatkan dengan lebih baik, katanya.
Lebih khusus lagi, reorganisasi globalisasi juga dapat berarti membawa pulang sejumlah kapasitas produksi manufaktur untuk menjamin pasokan, dan meninggalkan beberapa industri yang padat energi. Bagi perusahaan, hal ini berarti diversifikasi, baik dalam hal lokasi produksi maupun ketika menjual barang atau jasanya. Perusahaan juga harus bisa mengamankan sumber atau pasokan bahan mentah. Semua ini adalah perubahan besar yang harus dihadapi, untuk mengakhiri ketergantungan selama beberapa dekade.
Meski begitu, Moritz Schularick tetap optimis. Selama dua dekade terakhir, globalisasi telah membawa kemajuan ekonomi, dan banyak orang yang menikmati manfaatnya. Globalisasi terutama telah meningkatkan efisiensi produksi dan perdagangan. Namun, kondisi dunia saat ini sudah berubah, tidak lebih damai dan stabil dibandingkan 20 tahun lalu. Situasi inilah yang perlu diantisipasi. Di masa depan, efisiensi mungkin harus dikorbankan karena alasan keamanan pasokan. Pertanyaannya "berapa harga yang bersedia kita bayar untuk efisiensi yang lebih rendah?”
(hp/yf)