Kaleidoskop Asia 2014
2014 kembali menunjukkan bahwa Asia semakin penting dari segi ekonomi dan politik. Namun di lain pihak, ketegangan juga terus meningkat.
Pemimpin Korea Utara Dikecam
Bulan February, PBB melaporkan dengan jelas situasi kemanusiaan di Korea Utara. Pemerintahan Kim Jong Un dituduh bertanggungjawab atas pelecehan HAM secara sistematis yang semakin meningkat. Para penulis studi menyerukan agar pemimpin Korea Utara diajukan ke Mahkamah Kriminal Internasional akibat kejahatan terhadap kemanusiaan.
MH370 Lenyap Misterius
Pesawat Malaysia Arlines nomor penerbangan MH370 dari Kuala Lumpur ke Beijing hilang dari Radar 8 Maret. Sampai sekarang peristiwa ini masih jadi misteri. Tidak ada yang tahu, baik penyebab menghilangnya pesawat, maupun lokasi jatuhnya pesawat. Pencarian yang dilakukan berminggu-minggu dengan biaya besar tidak mendatangkan hasil. 239 orang penumpangnya diduga tewas.
Cina Provokasi Tetangganya
Bulan Mei, perusahaan Cina CNOOC pasang anjungan pengeboran minyak di wilayah yang dipertikaikan di Laut Cina Selatan. Langkah itu diikuti bentrokan antara kapal Cina dan Vietnam. Kedua negara saling tuduh memicu eskalasi situasi. Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan, dan tidak mengindahkan tuntutan Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia, dan Brunei.
Kudeta Militer di Thailand
Setelah protes anti pemerintah berbulan-bulan di Thailand, 22 Mei militer melakukan penggulingan kekuasaan. Ini penggulingan kekuasaan yang ke dua di Thailand sejak 2000. Sejak Mei, militer mulai membentuk peta politik sesuai keinginan mereka. Kebebasan pers dikekang dan pemilu ditunda untuk waktu tak terbatas.
Kecelakaan Feri di Korea Selatan
Feri Sewol karam saat melayari rute dari Incheon ke pulau Jeju. 302 penumpang tewas, sebagian besar murid sekolah yang sedang dalam perjalanan studi. Pemilik feri dan kru dituduh melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan kematian. Bulan November, kapten feri dijatuhi hukuman 36 tahun penjara.
Transisi Pemerintahan di Afghanistan
Tanggal 5 April, rakyat Afghanistan memilih presiden baru. Bulan Juni, diadakan pemilihan penentuan antara kandidat Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah. Pemilu berkembang jadi adu kekuatan. Keputusan baru tercapai 21 September, ketika Ghani ditentukan jadi presiden, dan Abdullah menduduki pos yang baru dibentuk, sebagai Kepala Eksekutif (chief executive officer?).
Modi Menang Pemilu India
Narendra Modi menang pemilu India bulan Mei, yang juga mengangkat posisi partai nasionalis Hindu, Bharatiya Janata Party (BJP). Partai Kongres mengakui kekalahan terbesarnya, sejak India merdeka 1947. Modi berjanji akan mendorong pembangunan dan membangkitkan perekonomian negara. Tetapi harapan untuk memperbaiki hubungan dengan Pakistan pupus dalam waktu singkat.
Jokowi Jadi Presiden Indonesia
Banyak rakyat Indonesia menggantungkan harapan besar pada Joko Widodo ketika memilihnya jadi presiden 9 Juli. Pemilihnya berharap ia akan melancarkan reformasi dan memodernisir negara. Namun demikian, Jokowi hadapi oposisi kuat di parlemen.
Aksi Protes di Hong Kong
Akhir Juni, ribuan warga Hong Kong turun ke jalan, menuntut kebebasan untuk memilih administratur eksekutif di wilayah yang berstatus semi otonomi. Sebagai bagian aksi protes "Occupy Central," demonstran yang sebagian besar mahasiswa menduduki distrik keuangan dan bisnis serta kawasan pemerintahan. Aksi protes yang kadang diwarnai kekerasan, dibubarkan Desember.
Nobel Perdamaian untuk Aktivis India dan Pakistan
Oktober, remaja Pakistan Malala Yousefzai dan pria India Kailash Satyarthi mendapat Hadiah Nobel Perdamaian. Malala berjuang bagi hak-hak perempuan untuk mendapat pendidikan, walaupun harus menghadapi Taliban yang berusaha membunuhnya. Satyarthi adalah aktivis yang melawan sistem pekerja anak selama puluhan tahun.
Xi Jinping pada KTT APEC
Presiden Cina Xi Jinping menggunakan KTT Asia Pacific di Beijing untuk menampilkan diri sebagai orang kuat Cina di jenjang internasional. Kesepakatan antara Cina dan Presiden AS Barack Obama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca meningkatkan optimisme bagi diskusi iklim berikutnya.
Kecelakaan AirAsia QZ8501
28 Desember pesawat AirAsia tipe Airbus A320-200, yang mengangkut 162 penumpang dan awak, sedang menerbangi rute Surabaya menuju Singapura ketika kontak dengan tower bandara hilang sekitar 40 menit setelah pesawat bernomor penerbangan QZ8501 itu lepas landas. Pesawat dinyatakan hilang, dan di hari ketiga pencarian dipastikan pesawat jatuh ke Laut Jawa.