Kamp Pengungsi Darfur Dibakar
25 Maret 2009Penghuni kamp melaporkan, telah melihat empat orang tak dikenal menyelinap masuk tengah malam Selasa (24/03), kemudian menyuluh kebakaran di kamp Abu Zor. Amgad Morsy, pemimpin staff pasukan perdamaian UNAMID yang berada di kamp itu mengatakan, bahwa kobaran api menjalar ke seluruh penjuru. Disebutkan, api menghancurkan seperempat kawasan kamp, tempat tinggal dari lebih 6000 ribu orang etnis Masalit, sebuah suku non-Arab. Rabu siang (25/03), selain melaporkan bahwa api sudah dapat dikendalikan, Amgad Morsy mengatakan bahwa dua orang pengungsi tewas dalam kebakaran itu. Empat orang lainnya cedera.
Kekerasan meningkat di Darfur setelah Mahkamah Pidana Internasional, ICC di Den Haag, mengeluarkan surat penangkapan terhadap Presiden Sudan Omar Hassan Al-Bashir. Hari Selasa (24/03), seorang warga Sudan yang bekerja untuk organisasi bantuan Kanada “Relief for Afrika” ditembak mati di rumahnya. Ia hanya merupakan satu diantara sejumlah tenaga bantuan lokal yang mengalami serangan maupun ancaman sejak keputusan ICC awal Maret lalu.
Sebagai tindak balasan terhadap ICC, pemerintah Sudan mengusir 13 organisasi bantuan internasional dari negara itu. Di New York, Koordinator Bantuan Pengungsi PBB, John Holmes memperingatkan, bahwa bagi para pengungsi situasi semakin dramatis. Ia menjelaskan, “Untuk menggantikan kapasitas yang tersedia secara baik, sangatlah sulit. Kini kapasitas bantuan itu sudah tak ada. Mungkin organisasi bantuan lain bisa memainkan peran, tapi mereka tak mungkin datang begitu saja dan menyediakan layanan. Untuk menggantikan tenaga bantuan itu akan membutuhkan waktu dan upaya yang cukup besar. Kita bicara mengenai satu tahun, bahkan mungkin dua tahun untuk kembali mencapai level yang ditinggalkan.”
Menurut John Holmes situasi kemanusiaan bagi 4,7 juta orang di kawasan Darfur itu semakin rentan. Ia memperkirakan, mulai bulan Mei depan persediaan pangan bagi lebih dari satu juta orang pengungsi akan habis. Selain itu, dana untuk pengadaan pasokan air bersih juga bakal terkuras habis dalam kurun waktu empat minggu. Informasi itu dihimpunnya dari hasil penelitian tim PBB yang pekan lalu berada di lokasi untuk meneliti situasi pengungsi dan bersama dengan pemerintah Sudan merangkum laporannya.
Sementara itu, gerakan keadilan dan kesetaraan, JEM, salah satu kelompok pemberontak lokal yang terbesar mengeluhkan situasi kemanusiaan yang terus memburuk. Sejak meledaknya konflik di Darfur, antara kelompok pemberontak, militer serta kelompok milisi yang didukung pemerintah enam tahun lalu, menurut data PBB sudah 300 ribu orang yang tewas dan 2,7 juta orang penduduk mengungsi. (ek)