1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

220409 UN Rassismus

22 April 2009

Sekitar 140 peserta konferensi anti rasisme di Jenewa, Swiss, mengesahkan deklarasi penutup. Juru bicara Perserikatan Bangsa Bangsa menyatakan, teks tersebut disepakati dengan suara mutlak.

https://p.dw.com/p/HbwZ
Komisaris tinggi PBB untuk urusan HAM Navanethem "Navi" PillayFoto: AP

Ketua konferensi Amos Wako dari Kenya patut mendapat pujian untuk kelihaiannya memimpin konferensi. Ketika ia menyerahkan rancangan deklarasi akhir untuk disahkan oleh pleno, ia hanya menunggu sesaat dan tidak ada yang melontarkan keberatan. Akhirnya Wako menyatakan: “Dengan demikian pernyataan penutup ini disahkan."

Tepuk tangan meriah dan sorak lama terdengar di Gedung Istana Nasional Selasa malam (21/4). Sebagian delegasi konferensi anti rasisme merasa lega. Walaupun belum tuntas, konferensi yang sempat dipertikaikan itu berhasil menyusun teks deklarasi penutup yang dapat diterima oleh sebagian besar peserta.

Komisaris tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa untuk urusan hak asasi manusia Navanethem Pillay, gembira atas pernyataan itu: "Pengesahan dokumen penutup ini adalah jawaban tepat atas semua kesalahan penyebaran informasi dan informasi yang salah selama proses persiapan."

Penilaian serupa sebelumnya juga disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Swiss Micheline Calmy-Rey.

Dalam rancangan awal deklarasi penutup masih tercantum larangan pelecehan agama dan Israel kembali menjadi sasaran kritik sepihak. Berkat kelihaian Rusia menengahi dan setelah perundingan alot, akhirnya dapat dihentikan dan sebuah pernyataan bersama berhasil dicapai dan disahkan.

Deklarasi tersebut mempunyai maksud dan peringatan tertentu. Para pemimpin pemerintah akan diingatkan pada tanggung-jawab mereka, agar menjunjung tinggi persamaan manusia dan menjaga hak setiap warga yang berjuang menentang rasisme. Secara singkat, dalam pernyataan tersebut arti hak asasi manusia secara keseluruhan diangkat kembali.

Komisaris tinggi PBB Pillay menuturkan, bahwa hal tersebut memang sudah mendesak, mengingat situasi hak asasi manusia semakin memburuk dalam delapan tahun terakhir.

Sementara Juli de Rivero dari organisasi HAM Human Rights Watch mengatakan, pernyataan itu secara hukum memang tidak mengikat. Akan tetapi menjadi lambang penting dalam perjuangan demi peningkatan toleransi, menentang rasa benci terhadap orang asing dan mendukung organisasi hak asasi manusia.

Hari Senin lalu (20/4) Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad sempat membuat kehebohan dengan pidato anti Israelnya di Jenewa. Mungkin juga karena kejadian itu, pengesahan pernyataan penutup dimajukan tiga hari. Karena ada kekhawatiran, kompromi yang dirundingkan dengan susah-payah itu akan kembali mentah. Jika hal ini terjadi, konferensi anti rasisme PBB dapat dinyatakan sebagai gagal.

Axel Weiß/Andriani Nangoy

Editor: Yuniman Farid