1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Matikan Reaktor Yongbyon

Ziphora E. Robina16 Juli 2007

Setelah tarik ulur panjang, Minggu malam (15/7) Korea Utara mematikan reaktor nuklirnya di Yongbyon. Itu diverifikasi tim Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

https://p.dw.com/p/CIrc
Citra satelit instalasi nuklir Yongbyon
Citra satelit instalasi nuklir YongbyonFoto: AP

Sebelumnya, Sabtu (14/7) pemerintah di Pyongyang mengumumkan akan mematikan reaktor yang diperdebatkan setelah menerima bantuan enam ton bahan bakar minyak dari Korea Selatan.

Tim inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) adalah tim pertama yang menjejakkan kaki di Korea Utara dalam hampir lima tahun terakhir. Menurut Ketua IAEA El Baradei, menyiapkan peralatan untuk menginspeksi seluruh instalasi di Yongbyon membutuhkan waktu kira-kira satu bulan.

Sementara juru runding Amerika Serikat Christopher Hill mengatakan, kedatangan tim inspektor IAEA ke Korea Utara baru merupakan langkah pertama. Saat bertolak dari Tokyo, Jepang Hill menambahkan:

„Langkah pertama ini baru akan bermakna bila disusul langkah-langkah berikutnya. Masih banyak yang harus kita kerjakan. Tentu kami senang langkah pertama ini akhirnya terwujud, tapi kami juga sadar, ini butuh waktu sangat lama. Kami harus tetap bekerja kerjas untuk mencapai langkah berikutnya.“

Sementara, kepala IAEA Mohamed ElBaradei yang tengah berkunjung ke Bangkok mengatakan, saat ini kerja sama Korea UItara dan IAEA cukup mulus. Langkah berikutnya, demikian El-Baradei, adalah meyakinkan Korea Utara untuk menutup dan menyegel semua instalasi atom lainnya.

Instalasi nuklir di Yongbyon diduga sudah memproduksi plutonium untuk merakit antara lima sampai 12 bom atom. Oktober tahun lalu, Korea Utara menyatakan berhasil melakukan tes bom nuklir pertamanya. Berita tersebut mengguncang dunia.

Februari tahun ini enam negara, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan, Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia berhasil mencapai kesepakatan. Korea Utara akan menerima bantuan berupa pangan dan bahan bakar minyak, bila negara komunis itu bersedia menutup dan menyegel instalasi nuklir di Yongbyon.
Kini, juru runding Amerika Serikat Christopher Hill mendesak agar perundingan enam pihak kembali digiatkan.

„Kita sudah kehilangan banyak waktu di paruh pertama tahun ini. Karena itu, kita harus meningkatkan semua upaya dalam paruh kedua ini.”

Selasa (17/7) Christopher Hill menjadwalkan pertemuan dengan juru runding Korea Utara. Hari Rabu (18/7) perundingan enam pihak akan dilanjutkan di Beijing. Kelima negara yang duduk di meja perundingan bersama Korea Utara menawarkan keuntungan diplomatis dan jaminan keamanan. Syaratnya, Pyongyang harus mengajukan daftar lengkap aktivitas nuklir dan bersedia menutup dan menyegel semua instalasi nuklirnya.

Yang mungkin akan memperumit perundingan ini adalah tuntutan untuk menyertakan semua persediaan plutonium dan senjata nuklir Korea Utara dalam daftar tersebut. Hill memberi Korea Utara waktu dua bulan untuk membeberkan informasi mengenai instalasi nuklirnya.

„Kami tidak puas dengan hanya mematikan satu reaktor. Ini hanya merupakan langkah pertama, langkah berikutnya adalah menutup dan menyegel seluruh fasilitas nuklir yang ada. Bila Anda membaca kembali kesepakatan Februari lalu, di sana tercantum ‚mematikan reaktor dengan target terakhir pelepasan nuklir.’ Kami tak hanya menginginkan pembekuan yang bersifat sementara.“

Senin (16/7), Korea Selatan kembali mengirimkan 7,5 ton bahan bakar minyak ke Korea Utara. Namun, apakah bantuan pasokan minyak dan pangan ini akan ditingkatkan, tergantung dari hasil perundingan enam pihak di Beijing, Rabu (18/7) mendatang. ***