1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Mulai Hentikan Program Atom

16 Juli 2007

Inspektur atom PBB membenarkan bahwa Korea Utara sudah menghentikan kegiatan produksi plutonium yang berpotensi senjata nuklir di reaktor Yongbyon.

https://p.dw.com/p/CPFz
Jurunding AS Christopher Hill
Jurunding AS Christopher HillFoto: picture-alliance/dpa

Langkah Korea Utara disambut dunia internasional sebagai langkah maju dalam sengketa program nuklir. Perkembangan positif ini sudah mulai terlihat ketika diplomat AS Christopher Hill, yang dikenal cukup moderat, memulai lagi pembicaraan dengan Korea Utara beberapa waktu lalu. Tapi sebagian kalangan masih meragukan, apakah Korea Utara benar-benar akan menghentikan kegiatan produksi senjata atom. Karena di masa lalu, Korea Utara beberapa kali berjanji menghentikan program senjata nuklir, lalu kemudian melansir tuntutan-tuntutan baru yang akhirnya menghambat perundingan selanjutnya. Karena itu kalangan diplomat sekarang memperingatkan, perundingan dengan Korea Utara masih akan berlangsung alot.

Harian Swiss Tages-Anzeiger menulis:

„Dengan penghentian operasi reaktor Yongbyon, Korea Utara dan Amerika Serikat sekarang berada pada situasi yang hampir sama dengan masa akhir pemerintahan presiden Clinton. Bedanya, Korea Utara sekarang sudah jadi adidaya atom. Jadi Washington terpaksa harus berunding dengan pimpinan Korea yang sangat populer di negara yang jatuh miskin. Tentu saja: Kim Jong Il adalah diktator kejam. Ia membiarkan rakyatnya kelaparan dan mempersenjatai diri sebanyak-banyaknya."

Harian Jerman Süddeutsche Zeitung menulis:

„Dengan retorika tajam dan sanksi-sanksi ekonomi yang diberlakukan sejak 2005, kubu garis keras di sekitar Wakil Presiden Amerika Serikat Dick Cheney malah menggiring Diktator Kim lebih jauh lagi ke politik persenjataan nuklir. Kim bahkan nekat meneruskan politiknya melawan keinginan Cina, pendukung utamanya. Sekarang Kim mulai mengalah dan berkompromi, setelah Washington mengirim Christopher Hill, seorang diplomat yang lebih berkepala dingin.“

Harian Jerman lain, General Anzeiger berkomentar:

„Apakah semuanya hanya taktik atau langkah kompromi yang serius? Korea Utara masih harus membuktikannya. Di masa lalu, politik Pyongyang terutama ditandai dengan ketidakpastian. Pertengahan tahun 90-an rejim itu sudah pernah mengumumkan berakhirnya program senjata atom, lalu kemudian memulainya lagi. Tidak ada jaminan, bahwa kali ini perkembangannya akan berbeda. Jadi, pertaruhan dengan Pyongyang masih tetap seperti dulu: suatu ujian untuk kesabaran.“

Hal lain yang disoroti pers internasional adalah ancaman terorisme global, apalagi pada akhir minggu beredar lagi rekaman video Osama bin Laden yang jadi berita di banyak media. Harian Perancis Le Figaro menilai:

„Makin banyak kelompok independen yang sekarang menerapkan ideologi kelompok radikal dan metode terornya. Kelompok-kelompok ini beroperasi dari Maghgribi sampai ke Filipina, di sekitar Irak dan juga melalui sel-sel teror seperti yang aktif dalam aksi di London dan Glasgow baru.baru ini.“

Harian Spanyol La Reppublica menulis:

“Penayangan video Osama bin Laden sudah diumumkan beberapa minggu lalu. Para jihadis internet sudah menunggu-nunggu. Video ini dimaksudkan jadi bukti, bahwa sang pemimpin masih hidup, sekalipun Al Kaeda makin pecah. Tapi film yang panjangnya tidak sampai 1 menit itu tidak memenuhi kosmos harapan para jihadis.”