Kuliah Bersama Di Dunia Maya
28 Februari 2012Perkuliahan tidak lagi diikuti oleh mahasiswa di ruang kuliah atau di kampus, melainkan di tempat sang mahasiswa itu berada. Menurut banyak peneliti di bidang pendidikan, konsep belajar seperti ini akan semakin meluas di masa depan. Apalagi bukan hanya tempat, tapi juga waktu untuk kuliah itu bisa disesuaikan dengan situasi sang mahasiswa.
Untuk lebih memperkenalkan kelebihan perkuliahan jarak jauh yang tergolong baru ini, pekan lalu beberapa sekolah tinggi dan institusi pendidikan lanjutan di Jerman menyelenggarakan Hari Belajar Jarak Jauh.
Saat ini banyak sekolah tinggi di Jerman yang menyelenggarakan kuliah jarak jauh merekrut mahasiswa yang tidak berada di Jerman. Deutsche Universität für Weiterbildung di Berlin misalnya mengadakan fakultas terbuka jurusan media yang disebut International Media Innovation Management, IMIM. Di jurusan media itu Kismet El Sayed yang berada di Mesir terdaftar sebagai mahasiswi.
Terbuka Bagi Peserta Internasional
Bagi Kismet El Sayed, tiap hari merupakan tantangan baru. Alasan pertama adalah pergolakan di negaranya yang sudah lebih setahun. El Sayed bekerja sebagai jurnalis di majalah online Al-Masry Al-Youm. Panasnya suasana politik menambah pelik situasi yang tidak menentu.
Alasan lain, Kismet Al Sayed masih berstatus mahasiswa ilmu politik di negaranya, tetapi ia juga ingin mengembangkan kemampuannya di bidang media.
Ungkapnya, "Saya mencari sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaanku. Saya tidak bisa bekerja penuh atau hanya kuliah. Saya percaya pada pendidikan jarak jauh karena di masa depan, belajar bukan berarti tiap hari harus berada di ruang seminar universitas."
Kismet Al Sayed menemukan jurusan yang diinginkan di Berlin. Sejak tahun lalu, dia mengikuti kuliah jarak jauh untuk peserta internasional.
Seminar Temu Darat
Pendidikan lanjutan ini berlangsung selama dua tahun, menggunakan bahasa Inggris dan bisa diakses melalui internet.
Pelajaran bisa diikuti sendiri atau bersama teman kuliah dari negara lain dengan mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh profesor melalui Webseminar . Di dalam kelasnya ada 14 mahasiswa dari delapan Negara. Tema yang dibicarakan antara lain tentang Ekonomi Media, Etika Media, Hak Media atau Politik Media.
Setelah dua tahun berkuliah jarak jauh, Kismet Al Sayed bisa menyandang gelar Eksekutif Master yang diakui lembaga pemerintah, di bidang manajemen media inovasi internasional, IMIM.
Temu darat berlangsung dalam empat seminar yang masing-masing berlangsung sampai 10 hari di Jerman, Austria, Spanyol dan juga di AS.
Calon Direktur Masa Depan
Perkuliahan ini menautkan kehadiran dan pelajaran online, begitu dikatakan Ada Pellert, professor yang mengepalai pendidikan lanjutan Deutsche Universität für Weiterbildung, sekaligus penanggung jawab program kuliah jarak jauh tersebut.
Menurut Pellert, para direktur media di masa depan adalah mereka yang kini berada di jaringan internet media internasional dan mengikuti perubahan teknik dan melalui pendidikan manajemen itu mengerti tentang dunia ekonomi.
Ada Pellert meyakini bahwa konsep ‚mendampingi' mahasiswa juga esensial bagi kuliah jarak jauh. Menurut dia, tidak lagi penting orang berada di ruang kuliah dan mendengarkan monolog 24 jam. Yang penting di sini adalah belajar sendiri, kemudian mendapatkan masukan dari beragam saluran dan dampingan yang cukup.
Pandai Mengatur Waktu
Walau ada pendamping khusus dan bantuan digital, mahasiswa harus benar-benar mengatur waktu. "Bila mahasiswa ingin berhasil di segitiga Bermuda yakni antara pekerjaan, keluarga dan pendidikan, mahasiswa tersebut harus bisa memenej proyek belajar ini dengan baik."
Bagi Kismet Al-Sayed, kekacauan revolusi Mesir menjadi perintang besar dalam mengikuti kuliah jarak jauh ini. Tapi dengan segala kekuatannya dia akan bertahan.
Ia juga menilai, kuliah jarak jauh ini sangat penting. terutama bagi negara yang memiliki sistem pendidikan yang buruk, Dia berharap suatu saat ada tawaran kuliah jarak jauh dalam bahasa Arab. Dari yang telah dipelajarinya, Kismet Al Sayed ingin membantu perubahan di Mesir dengan menerapkan ilmunya dalam bahasa Arab.
Richard Fuchs / Rara Balasong
Editor: Edith Koesoemawiria