1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Putin di Teheran

17 Oktober 2007

Pembicaraan Presiden Rusia Vladimir Putin di Teheran dengan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/CJ8E
Vladimir Putin (kiri) dan Mahmud Ahmadinejad (kanan)
Vladimir Putin (kiri) dan Mahmud Ahmadinejad (kanan)Foto: AP

Tentang kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin di Iran harian liberal Swedia, Dagens Nyheter berkomentar

„Cukup dengan kenyataan bahwa kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin di Iran saja menunjukkan, keretakan yang terjadi di dunia internasional sangat dalam dan membuat tidak tenang. Putin beranggapan, tidak ada bukti bahwa Iran hendak memproduksi senjata atom. Oleh sebab itu ia mendukung sikap yang lunak. Jika Rusia terus menolak tindakan keras terhadap Iran dan Iran terus bersikap keras kepala, skenario masa depan yang terlihat sungguh tidak menyenangkan. Amerika Serikat di bawah Presiden George W. Bush sebagai dampak dari keinginan baik mempertaruhkan kekuasaannya dan perannya sebagai pimpinan kekuasaan semakin dipertanyakan. Juga konflik dengan Iran dapat menjadi contoh dalam persaingan baru untuk status negara adidaya. Putin dengan aksinya dan kunjungan di Teheran ingin menunjukkan, bahwa Rusia memainkan peran pimpinan dan tidak hanya mengikuti Amerika Serikat.“

Sementara harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis:

"Meskipun perbedaan yang besar belakangan ini Rusia dan Iran melihat kepentingan yang sama. Bayangan bahwa pasukan Amerika sehubungan perang melawan Iran dapat bergerak di kawasan Selatan yang berbatasan dengan Rusia, mendorongnya untuk menghidupkan aksi diplomasi dengan Iran. Juga keinginan Amerika Serikat untuk menempatkan saluran pipa minyak dan gas untuk Asia Tengah tanpa harus melewati Rusia ataupun Iran, mengikat kedua potensi yang kurang baik itu. Sebaliknya jika tercapai kesepakatan yang baik untuk program atom Iran, itu mencukupi persyaratan Amerika Serikat dan Uni Eropa, untuk melihat sang Presiden Rusia sebagai hakim pihak Barat yang terpandang dan penjaga stabilitas di kawasan tersebut.“

Tentang kunjungan pertama Presiden Rusia Vladmir Putin ke Teheran, harian Inggris Daily Telegraph menulis

“Juga Kremlin mungkin tidak menginginkan kekuatan nuklir Iran, tapi Putin senang membiarkan Amerika Serikat menunggu cukup lama, baik itu dengan penolakannya terhadap sanksi keras bagi Iran maupun dengan penundaan bantuan Rusia dalam penyelesaian reaktor tenaga air ringan Iran di Teluk Persia. Apakah Putin sepakat dengan penyandang dana terorisme yang memiliki bom atom? Putin beranggapan, tidak ada fakta obyektif yang membuktikan bahwa Iran akan membuat bom atom. Suatu saat Putin akan menyesali permainan kekuatannya di Teheran.„