1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Livni Hadapi Demokrasi Israel yang Sakit

as19 September 2008

Terpilihnya Tzipi Livni merupakan indikasi bahwa demokrasi di Israel sedang sakit. Jika ia mengambil alih jabatan PM, tugas berat yang sebenarnya akan langsung menghadang.

https://p.dw.com/p/FLME
Tzipi Livni (ki) akan segera ambil alih jabatan kepala pemerintahan Israel dari Ehud Olmert (ka).Foto: AP


Terpilihnya menlu Israel saat ini, Tzipi Livni sebagai ketua baru partai Kadima serta peluangnya di masa depan untuk memimpin pemerintahan Israel, dikomentari dalam tajuk sejumlah harian internasional.


Harian Perancis Le Monde yang terbit di Paris dalam tajuknya berkomentar :


Kemenangan Livni dibarengi kenyataan pahit. Karena kemenangan ini membuktikan lemahnya sistem politik dan demokrasi di Israel. Penyakit yang diderita demokrasi di Israel, tidak hanya menyangkut masalah mendasar, seperti defisit anggaran dan kesulitan dana pensiun. Melainkan juga menyangkut sebuah negara yang terus diimbau untuk dapat menciptakan perdamaian, serta bertahan menghadapi kompromi yang menyakitkan. Untuk itu diperlukan stabilitas, kejernihan politik dan legitimasi, yang saat ini tidak ada di Israel.


Juga harian Luxemburg Luxemburger Wort menulis komentar bernada serupa :


Livni menghadapi rintangan cukup berat. Setelah berhasil menjadi ketua partai Kadima, dalam beberapa pekan mendatang kemungkinan besar Tzipi Livni akan mewarisi jabatan PM dari Ehud Olmert. Setelah itu, Livni harus menuntaskan sejumlah tugas berat. Perujukan selanjutnya dengan Palestina, menghadapi Iran yang memiliki ambisi pemilikan senjata atom, serta normalisasi hubungan dengan Suriah yang perundingannya ditengahi oleh Turki. Inilah tiga tantangan geo-strategis terbesar bagi PM Israel mendatang. Untuk itu diperlukan politik yang taktis, serta stamina jangka panjang.


Harian Austria Salzburger Nachrichten yang terbit di Salzburg berkomentar :


Kemenangan Livni terutama disambut meriah para wartawan. Tapi para pemilih justru menjauh. Kandidat PM Israel ini, tidak boleh hanya berperan sebagai negarawan, namun terutama harus menjadi politisi yang lihai, untuk dapat menggerakan berbagai hal di negaranya. Livni harus berubah, dari tokoh ideologi menjadi tokoh politik pragmatis. Akan tetapi, Livni masih kurang pengalamannya di bidang politik. Tampilannya yang ibarat komet, tidak diraihnya melalui kalkulasi politik dan kemampuannya, melainkan atas dorongan para mentornya.


Harian konservatif Swedia Svenska Dagbladet yang terbit di Stockholm berkomentar :


Tzipi Livni akan mengambil alih jabatan sebagai kepala pemerintahan Israel, yang dengan cepat akan membuatnya sakit kepala hebat. Rencana PM saat ini, Ehud Olmert untuk menarik pasukannya secara sepihak dari kawasan yang diduduki, macet, ketika Hisbullah memicu pecahnya perang Libanon kedua. Setelah itu Hamas berhasil menguasai seluruh kawasan Jalur Gaza. Yang berdampak pada mandegnya kemajuan di tepi barat Yordan. Tidak akan terlalu lama lagi, rezim Hamas akan menguji kemampuan Livni untuk menarik keputusan keras.


Terakhir harian Jerman Berliner Zeitung yang terbit di Berlin berkomentar :


Livni memang sukses mendekatkan posisi Israel dan Palestina dalam perundingan di Annapolis. Akan tetapi jurang pemisah terakhir hanya dapat dijembatani jika barat tetap melancarkan tekanannya. Dengan Tzipi Livni sebagai PM, peluang tercapainya perdamaian di masa depan akan meningkat. Apakah hal ini dapat dimanfaatkan, yang memutuskan tidak hanya tokoh politik di Yerusalem atau Ramallah saja, melainkan juga di AS dan Eropa.