Manuver Politik Vladimir Putin
2 Oktober 2007Rencana presiden Rusia, Vladimir Putin untuk memegang jabatan PM setelah berakhirnya masa jabatan sebagai presiden, mendapat sorotan tajam dari harian-harian internasional. Harian AS The New York Times yang terbit di New York dalam tajuknya berkomentar : Sepanjang waktu Putin terus meyakinkan semua pihak, sasarannya adalah sebuah Rusia yang kuat, modern dan dihargai oleh dunia internasional. Tapi, manipulasi politik kasar sekarang ini, akan memiliki efek kebalikannya, yakni melemahkan Rusia. Kita berharap, Putin memikirkan kembali permainan sinisnya itu. Jika satu-satunya alasan dari manuver politiknya adalah untuk tetap berkuasa, ia akan menunjukkan, bukan institusi yang penting, melainkan manusia yang ia manipulasi. Hal tsb bukan sesuatu yang diperlukan Rusia saat ini.
Harian Italia La Repubblica juga berpendapat senada. Harian yang terbit di Roma ini dalam tajuknya berkomentar : Pelan-pelan rencana itu bertambah jelas. Yakni bagaimana Vladimir Putin hendak mempertahankan kekuasan, setelah berakhirnya masa jabatan sebagai presiden Rusia bulan Maret tahun 2008 mendatang. Ketika Putin mengumumkan pencalonan sebagai kandidat utama Partai Rusia Bersatu, berarti terdapat dua konsekuensi sekaligus. Yang pertama, ia menjelaskan jabatan apa yang diincarnya di Kremlin di masa depan. Dan yang kedua, dengan memanfaatkan popularitasnya, Putin mengincar duapertiga suara pemilih, yang menjadikan Partai Rusia Bersatu menguasai mayoritas absolut di parlemen sehingga menjadi partai baru pemerintah yang berkuasa total.
Harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich juga menyoroti rencana Putin untuk terus bercokol pada jabatan puncak di Rusia. Dengan begitu, hasil pemilu parlemen dan pemilu presiden praktis sudah diputuskan saat ini. Bagi rakyat Rusia tidak ada bedanya, apakah Putin menjabat sebagai presiden atau PM, yang jelas ia tetap berada di pucuk kekuasaan. Dengan begitu Putin memecahkan semua permasalahan dengan sekali pukul. Samasekali tidak diperlukan perubahan sistem kenegaraan. Sebab Putin sendirilah sistem itu. Dan jabatan PM memiliki kelebihan dibanding jabatan presiden, yakni tidak dibatasi waktunya.
Terakhir harian Rusia Moskowksi Komsomolez yang terbit di Moskow berkomentar : Putin tetap berkuasa. Ia sekarang mendemonstrasikan, bahwa konstelasi kekuasaan politik di Rusia, bukannya sesuatu yang tidak penting. Putin akan melepaskan jabatan presiden tahun depan, akan tetapi ia berganti wajah untuk tetap dapat menguasai jabatan puncak di Rusia. Sebelumnya banyak tokoh politik yang secara terbuka menampilkan diri sebagai calon pengganti Putin. Sekarang semuanya menjadi jelas, bahwa semua permainan ini tidak lebih dari sekedar ujicoba dan manuver politik tipuan.