1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

280708 Luftverkehr Wettbewerb

28 Juli 2008

Krisis minyak berimbas pada berbagai sektor industri, termasuk di antaranya sektor dirgantara dunia. Tapi, ada dua kawasan yang justru mencatat boom luar biasa di sektor ini, yaitu Asia Tenggara dan Timur Tengah.

https://p.dw.com/p/ElKF
Serah terima Airbus tipe A380 kepada Emirates Airlines di Hamburg, Senin (28/07)Foto: picture-alliance/ dpa

Perusahaan penerbangan Dubai Emirates Airlines misalnya meraup keuntungan 1,45 milyar Dollar Amerika Serikat untuk tahun anggaran 2007/2008. Kiat utama perusahaan penerbangan Timur Tengah untuk meningkatkan keuntungan adalah dengan melakukan eskpansi ke pasar Eropa.

"Itu adalah sasaran utama mereka, Emirates Airlines dan maskapai Timur Tengah lainnya meningkatkan penerbangan ke Eropa. Dengan cara itu, bandara transit Dubai makin ramai dan mereka menciptakan kapasitas baru yang tentu tak dapat dipenuhi dengan hanya mengandalkan permintaan lokal. Jelas mereka mengandalkan penerbangan transit yang melalui bandara di Timur Tengah."

Demikian diungkap Eric Heymann, pakar ekonomi Deutsche Bank Research yang mengamati perkembangan sektor dirgantara. Pertumbuhan pesat sektor ini di Timur Tengah terutama bertumpu pada kebijakan politik untuk menciptakan alternatif bagi ekonomi yang hanya mengandalkan minyak sebagai sumber devisa negara. Pemerintah negara Timur Tengah berinvestasi dalam infrastruktur, dan proyek-proyek tersebut juga diwujudkan dalam waktu sangat singkat. Ini merupakan aset maskapai Arab dalam persaingan global. Eric Heymann menjelaskan:

"...pembangunan infrastruktur di kawasan Timur Tengah jauh lebih cepat dibanding Eropa. Ambil saja contoh bandar udara Frankfurt, sementara kita masih berdebat soal pembangunan satu landasan pacu, Dubai sudah mendirikan bandara baru."

Dukungan negara Timur Tengah bagi sektor dirgantara tak hanya terbatas pada penyediaan infrastruktur lengkap. Para pegawai dan staf bandara hampir tak dikenai pajak pendapatan. Sementara, maskapai penerbangan hanya membayar pajak dan bea yang sangat rendah. Dibandingkan maskapai Eropa dan Amerika, perusahaan penerbangan Timur Tengah menghemat sepertiga dari biaya operasinya berkat subsidi pemerintah. Ini menciptakan persaingan yang tidak sehat kata Kepala Bidang Kebijakan Tarif maskapai Jerman Lufthansa Peter Gerber. Ia mendesak agar semua maskapai penerbangan mengikuti peraturan persaingan bebas.

"Sebenarnya sudah cukup bila semua dikenai bea dan pajak yang sama, paling tidak untuk memenuhi biaya operasional. Bila ini diterapkan, semua orang bisa untung."

Peter Gerber menambahkan, negara Eropa pun masih memiliki pekerjaan rumah untuk menyehatkan persaingan di sektor dirgantara dan mendorong pertumbuhan sektor ini. Misalnya, dengan mengurangi birokrasi sehingga pembangunan infrastruktur dapat berjalan lebih cepat. Pendapat yang sepenuhnya didukung pakar dirgantara Deutsche Bank Research Eric Heymann. Maskapai penerbangan Eropa pun punya andil penting, kata Heymann. Misalnya dengan memperbaharui armada dan mengganti pesawat tua yang boros bahan bakar. Selain lebih ramah lingkungan langkah ini membantu penghematan biaya operasi di masa depan, mengingat mulai 2012, semua maskapai penerbangan di kawasan Eropa dikenai pajak tambahan untuk emisi CO2. (zer)