Moral Ganda Bahan Beracun Berbahaya
Negara industri maju sudah melarang penggunaan B3 di negaranya, tapi masih mengizinkan pemakaian di negara berkembang. Padahal Konvensi Stockholm yang melarang penggunaan cemaran organik persisten berlaku sejak 2004.
Dichlordiphenyltrichlorethan (DDT)
Semua negara barat sudah melarang penggunaan DDT sejak tahun 1970-an. Insektisida ini diketahui sulit terurai, bisa meningkatkan risiko kanker payudara, mengganggu sistem reproduksi dan bisa masuk ke dalam rantai makanan hingga ke air susu ibu. Namun di Afrika pengunaan DDT masih diizinkan, tapi hanya untuk membasmi nyamuk inang penyakit malaria.
Polychlor Biphenyle (PCB)
PCB biasanya digunakan di industri peralatan elektronik karena bersifat isolator tidak mudah terbakar dan stabil secara kimiawi. Tapi senyawa kimia ini bersifat karsinogen atau berisiko memicu kanker, merusak sistem saraf dan menyebabkan kemandulan. Penggunaan PCB di AS sudah dilarang tahun 1970-an, tapi produksinya di berbagai negara dilanjutkan dan sampahnya mendarat di negara berkembang.
Asbes
Asbes tidak termasuk unsur organik, tapi sudah dilarang penggunaannya di banyak negara industri. Unsur ini tahan api dan bagus untuk isolasi. Tapi seratnya yang amat halus dan stabil, berisiko memicu kanker, dan jika masuk ke paru-paru dapat menimbulkan peradangan hingga asbestosis. Di negara berkembang, misalnya India, atap asbes masih digunakan secara meluas.
Mercury alias Air Raksa
Mercury atau air raksa sudah dilarang di banyak negara. Bahkan ada konvensi khusus pelarangan air raksa, yang disebut Konvensi Minamata. Logam berat air raksa amat beracun dan pada dosis tertentu merusak sistem saraf hingga menimbulkan kematian. Pertambangan emas tradisional menggunakan mercury tanpa mengindahkan bahayanya.
Dioksin dan Furan
Konvensi Stockholm juga mengatur pelarangan pengunaan insektisida, pestisida dan herbisida beracun dan berbahaya. Termasuk produk sampingan dari proses pembakaran industri yang tidak ramah lingkungan seperti dioksin dan furan. Dioksin dalam Agent Orange yang digunakan dalam perang Vietnam terbukti meningkatkan risiko kanker dan kecacatan pada janin.