Pakistan Menindak Taliban
2 Juli 2008Sejak beberapa pekan lalu terjadi ketegangan di daerah perbatasan Afganistan dan Pakistan. Presiden Afganistan, Hamid Karzai beberapa kali mengancam akan mengirimkan tentara Afganistan ke Pakistan untuk memerangi Taliban. Sementara tentara koalisi yang dipimpin AS secara teratur menembakkan roket ke berbagai sasaran di Pakistan, baik dengan artileri atau lewat pesawat tak berawak. Dalam aksi itu anggota paramiliter Pakistan juga tewas.
Markas Besar Taliban
Dari sudut pandang AS dan Afganistan, daerah otonomi suku Pashtun di sepanjang perbatasan dengan Pakistan sudah menjadi markas besar Taliban. Dan dari daerah itu mereka memulai serangan ke Afganistan. Sementara rakyat Pakistan frustasi, karena sudah bertahun-tahun militernya ditempatkan untuk memerangi warga Pakistan sendiri. Dan militer belum juga berhasil mengontrol pemberontak. Jadi pemerintah baru berusaha untuk berunding dan menandatangani perjanjian baru dengan Taliban.
Tetapi sejauh ini belum ada haluan yang jelas. Demikian dikatakan mantan menteri dan senator dari Partai Rakyat, Shafqat Mahmood. Menurutnya setiap institusi membicarakan hal itu di taraf yang berbeda-beda, dan tidak semua mengatakan yang sama. Bagi mantan Duta Besar Pakistan di Kabul, Rustam Shah Mohmand semua perundingan pada dasarnya sia-sia, selama pemerintah mendukung perang terhadap teror yang dijalankan AS. Menurutnya, di daerah suku tidak ada kaum militan. Yang ada hanya reaksi terhadap politik pemerintah Pakistan.
Simpati Rakyat Pakistan
Sikap ini, yang sedikit banyak bersimpati kepada Taliban, tersebar luas di Pakistan. Banyak warga Pakistan mendukung perlawanan warga Pashtun terhadap tentara NATO di Afganistan, dan juga perlawanan terhadap pemerintah sendiri. Selain itu, Presiden Musharraf sangat tidak disukai, karena dengan janjinya untuk membantu AS setelah 11 September, ia merugikan kedaulatan nasional Pakistan.
Asad Durrani adalah mantan pemimpin dinas rahasia ISI. Ia mengatakan, kesalahan terbesar adalah, Pakistan tidak menjelaskan syarat untuk dukungannya bagi AS. "Bahkan negara seperti Guinea-Bissau saja bisa mengatakan, di sini kami akan membantu, tapi dalam hal itu tidak lagi" demikian Durrani. Menurutnya, menyatakan syarat sangat penting, karena ini menyangkut rakyat, negara dan kepentingan Pakistan.
Perang Yang Dipaksakan
Mayoritas rakyat Pakistan tidak menilai perang terhadap terorisme dan Taliban sebagai perang yang menyangkut Pakistan, melainkan dipaksakan dari luar. Ratusan warga Pakistan hilang dalam rangka perang anti teror, dan ini menambah kemarahan. Hanya sedikit politisi dan komentator berusaha memperoleh dukungan rakyat untuk pendapat bahwa menindas ekstremisme militan juga penting bagi Pakistan.
Pihak-pihak yang mendukung tindakan lebih keras terhadap Taliban memberikan argumentasi pragmatis, bahwa Pakistan tidak dapat mengabaikan posisi AS dan NATO. Misalnya mantan menteri Shafqat Mahmood, yang mengatakan, Pakistan harus memulai kesepakatan baru dengan AS. Menurutnya, tidak ada perjanjian yang bisa diterima, yang tidak melarang dilancarkannya serangan dari wilayah Pakistan ke daerah negara lain di belakang garis perbatasan.
Mengontrol Daerah Otonomi Suku
Masalahnya tetap saja sama, bagaimana cara pemerintah mengontrol daerah otonomi suku. Daerah itu sudah otonom sejak masa kolonial, dan undang-undang sukulah yang berlaku. Banyak yang menuntut agar status istimewa ini dihapus, dan hukum Pakistan serta administrasinya yang diberlakukan.
Mantan pemimpin dinas rahasia Asad Durrani skeptis. Ia tidak percaya bahwa warga Pashtun akan setuju. Ia mengatakan, masyarakat suku ini sudah berumur lima ratus tahun. Mereka dan cara hidup mereka tidak akan dapat diubah dengan ancaman senjata. Tetapi dengan rasa simpati, bisa saja berhasil. Demikian Durrani. Shafqat Mahmood berbeda pendapatnya. Menurutnya warga Pashtun sama dengan manusia lainnya. Di daerah mereka perempuan diperlakukan sangat buruk, dan infrastruktur tidak ada. Separuh dari warga Pashtun telah meninggalkan daerah mereka dan mencari pekerjaan di Karachi atau daerah lainnya.
Pemerintah baru di propinsi barat laut, yang bersebelahan dengan daerah Pashtun, juga mendukung reformasi politis di daerah suku tersebut. Tetapi itu sasaran jangka panjang. Pertama-tama tampaknya, di bawah pemerintah demokratis Pakistan peralihan dari aksi militer terhadap Taliban ke jalan diplomatis akan terus berlangsung. Tetapi upaya beberapa tahun terakhir tidak mendatangkan hasil memuaskan sehingga tidak bisa menambah semangat. (ml)