Pakistan Serang Taliban
11 Mei 2009Mengenainya harian liberal kiri Inggris 'The Independent' menulis:
"Setelah serangan militer Pakistan terhadap Taliban di daerah Buner, masih banyak hal yang tidak jelas. Juga pertanyaan, sejauh mana serangan itu dikoordinasikan dengan AS, atau apakah diprakarsai oleh Washington. AS menyadari bahwa serangan militernya pekan lalu yang menewaskan lebih dari 100 warga sipil Afghanistan dapat menambah rasa permusuhan terhadap Amerika dan melemahkan pemerintahan kedua negara. Selain itu ancaman bahaya terkait serangan militer Pakistan itu hendaknya tidak diremehkan. Jumlah korban yang besar dan sejumlah pengungsi, Taliban yang terdesak dan pemerintah pusat yang lemah merupakan resep bagi ketidakstabilan seterusnya."
Harian Inggris lainnya "The Times", yang konservatif menganggap perjanjian perdamaian antara Pakistan dengan Taliban tahun lalu sebagai suatu kesalahan. Pakistan menyerahkan kendali atas Lembah Swat kepada Taliban. Selanjutnya dapat dibaca:
"Hukum Syariah diberlakukan dan penindasan brutal kaum radikal islam militan itu menjalar ke distrik Buner, yang letaknya tidak sampai 100 km dari Islamabad. Jadi sudah dapat diduga bahwa Presiden Zardari tidak akan berpangku tangan. Kampanye militer Pakistan harus dilanjutkan. Taliban sudah pernah memantapkan jejak di sebuah negara tak berpemimpin, yaitu Afghanistan. Sekarang kelompok itu tidak boleh mendapatkan peluang di Pakistan."
Sedangkan harian Spanyol "EL Periodico de Catalunya" yang terbit di Barcelona berpendapat:
"Serangan militer Pakistan di barat laut negara itu membeberkan semua kelemahan Presiden Asif Ali Zardari. Kepala negara Pakistan berada di tangan kelompok militer yang congkak dan para menteri yang tidak becus. Walaupun ada dukungan dari AS, pemerintah tidak dapat memegang kendali, menundukkan kelompok radikal dan mencegah jatuhnya Pakistan ke kelompok negara-negara yang gagal. Sekarang orang-orang yang menganggap langkah Pakistan itu sudah terlambat, merasa dibenarkan. Sebelumnya Pakistan memberikan kelunakan dalam banyak hal dan mendukung perjuangan Taliban di Afghanistan. Risikonya sangat besar, karena Pakistan merupakan negara nuklir. Keamanan arsenal nuklir negara itu masih jauh lebih penting dari hal-hal lainnya."
Di lain pihak harian "de Volkskrant" yang terbit di Amsterdam mengemukakan:
"Krisis di Pakistan juga merupakan ujian bagi presiden AS Obama. Bukan hanya karena Pakistan memiliki senjata atom yang tidak boleh jatuh ke tangan pihak lain, melainkan karena missi di Afghanistan tidak akan berhasil selama Taliban bersembunyi di wilayah perbatasan Pakistan dan dapat meningkatkan persenjataan mereka. Masalah itu tidak akan terselesaikan dengan aksi militer sekarang ini terhadap Taliban, betapa pun serangan itu dianggap perlu. Di satu pihak harus ada kerjasama internasional yang lebih luas untuk mengisolasi kelompok teroris di Afghanistan dan Pakistan. Di lain pihak bantuan harus dikhususkan untuk memperkuat lembaga kepolisian dan kehakiman. Hanya memberikan dana kepada pihak militer, tidak ada faedahnya.
Harian Swiss "Neue Zürcher Zeitung" di Zürich mempertanyakan mengapa serangan tidak dilakukan sudah lebih dini? Dan jawabannya adalah:
"Karena para perwira dan tuan tanah Pakistan seperti PM Gilani dan Presiden Zardari tidak terlalu merasa terancam oleh Taliban. Bagi mereka, musuh berada di timur, yaitu India. Dan karena New Delhi memelihara hubungan baik dengan Afghanistan, maka artinya musuh juga ada di sebelah barat. Jadi Pakistan merasa berkepentingan untuk membiarkan kerusuhan di Kabul dan Kandahar terus membara. Selama Islamabad hanya bertindak setengah hati menghadapi Taliban dan Al Qaida, bisa saja nanti diperlukan aksi AS di Pakistan."
DGL/HP/dpa