Partai Buruh Masuk Pemerintahan Kanan Israel
25 Maret 2009Keputusan ini diambil melalui pemungutan suara Komite Pusat Partai yang diselenggarakan khusus atas permintaan Ketua Partai Buruh, Ehud Barak.
Tokoh Partai Buruh Eitan Cabel, menggungkapkan kekecewaannya: "Dari 1.191 anggota yang hadir, 680 anggota, atau 57,9 persen mendukung bergabungnya Partai Buruh dalam pemerintah koalisi. Sementara 42,9 persen atau 507 anggota, menolak. Komite Pusat Partai telah bersuara sangat jelas. Apa mau dikata. Kami sudah melakukan apa yang bisa diupayakan untuk tetap bersatu".
Teriakan kekecewaan bersahutan saat hasil pemungutan suara diumumkan. Tak sedikit yang melontarkan makian seperti "Memalukan", "Skandal", "BEncana" dll.
Dalam parlemen Israel hasil Pemilu terbaru, hanya terdapat 13 anggota dari Partai Buruh. Eitan Cabel adalah salah satu dari 7 anggota parlemen dari Partai Buruh yang menentang koalisi ini. Menurut mereka, Partai Buruh terlaklu berbeda secara ideologis dengan Partai Likud. Sebelumnya ke-7 orang ini menyurati Benjamin Netanyahu, bahwa jika Partai Buruh bergabung dalam pemerintahannya, Netanyahu akan menghadapi masalah besar. Karena mereka tidak akan tunduk pada kebijakan Ketua Partai Buruh Ehud Barak.
Yuli Tamir, juga anggota parlemen dari partai Buruh bahkan menyebut peristiwa ini sebagai bencana ideologi yang akan membawa perpecahan di tubuh partai.
"Partai Buruh sekarang sudah jelas terpecah. Lebih dari setengah, atau 7 darti 13 anggota parlemen dari partai Buruh, menentang bergabungnya partai dalam pemerintahan yang sangat kanan. Padahal secara tradisional anggota parlemen dari Partai Buruh selalu bersuara sama dengan ketua Partai. Tapi sekarang tidak mungkin lagi. Kami sekarang dihadapkan dengan suatu masalah besar. Karena bergabung dalam pemerintahan Netanyahu dan Liebermann ini merupakan suatu bencana ideologis bagi partai."
Yuli Tamir yang dalam pemerintahan yang akan digantikan ini menjabat sebagai Menteri Pendidikan menuduh Ketua Partai Buruh Ehud Barak tidak peduli lagi dengan ideologi partai, dan lebih peduli pada kepentingan pribadinya untuk tetap menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Namun Ehud Barak membantah. Ia berdalih, bergabungnya Partai Buruh dalam pemerintahan ini justru merupakan kepentingan rakyat dan negara Israel.
"Saya bukan orang kanan. Dan saya tidak takut terhadap Bibi Netanyahu. Saya tidak akan bekerja untuk jadi sekadar alat bagi siapapun. Justru dalam koalisi ini kami akan jadi kekuatan penyeimbang, untuk memastikan bahwa pemerintah Israel seakrang ini tidak menjadi suatu pemerintahan sayap kanan". Demikian Ehud Barak.
Ia menunjuk, dalam kesepakatan koalisi dengan Partai Buruh, pemerintah Netanyahu akan mematuhi semua kesepakatan perdamaian dengan Palestina yang sudah ditandatangani. Sebelumnnya, Netanyahu memngatakan tidak akan menghormati kesepakatan-kesepakatan itu.
Netanyahu sendiri segera mengirim ucapan selamat kepada Ehud Barak usai pemungutan suara Partai Buruh. Ia bisa bernafas lega, karena tanpa keterlibatan Partai Buruh, pemerintahnya akan mengamalami masalah besar dalam diplomasi dunia. Lebih-lebih setelah menunjuk Avigor Liebermann, Ketua Partai Istael Rumah Kita sebagai Menteri luar Negeri. Libermann dinilai rasis, anti Arab, dan menolak hak Palestina akan negara sendiri.
Hari Rabu, dalam sebuah konferensi ekonomi di Yerusalem, Netanyahu menyatakan bahwa pemerintahnya akan berperan sebagai mitra bagi Palestina dalam hal perdamaian, keamanan dan stabilitas ekonomi. Namun Netanyahu tidak berbicara mengenai solusi dua negara. Padahal berdirinya sebuah negara Palestina merdeka merupakan sebuah titik tolak mutlak bagi prospek perdamaian timur tengah yang didukung Partai Buruh.