1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasukan PBB di Libanon Diintai Bahaya

26 Agustus 2006

Perancis akhirnya bersedia meningkatkan jumlah tentaranya dalam pasukan pelindung internasional di Libanon-UNIFIL, menjadi 2.000 serdadu seperti rencana semula.

https://p.dw.com/p/CPJF
Sebagian kontingen pasukan tambahan Perancis tiba di Libanon Jumat (25/08)
Sebagian kontingen pasukan tambahan Perancis tiba di Libanon Jumat (25/08)Foto: AP

Harian Italia Il Messagero yang terbit di Roma berkomentar:

"Jika mengikuti doktrin militer, tradisi dan kelaziman, seharusnya Italia yang akan mengirimkan 3.000 serdadu, yang berarti kontingen terbesar dalam pasukan helm biru di Libanon, yang harus mengambil alih komando. Akan tetapi, kemungkinannya tidak begitu. Jika PBB tetap menunjuk Perancis sebagai pemegang komando, tidak ada pilihan lain bagi Italia, selain mengurangi jumlah serdadunya. Hal ini untuk mencegah terjadinya situasi yang berbahaya yang disebut monster militer, dimana sebuah satuan yang lebih besar diperintah oleh yang lebih kecil. Atau juga disepakati kompromi politik, “komando ganda“ seperti yang dibicarakan di PBB".

Sementara harian konservatif Perancis Le Figaro menulis komentar berjudul : Pasukan helm biru bertugas di kawasan amat berbahaya. Lebih lanjut harian yang terbit di Paris ini menulis:

"Resolusi PBB tidak menyinggung kesepakatan politik dari para pihak yang terlibat konflik. Inilah situasi paling buruk bagi pasukan helm biru. Penugasannya tidak akan dapat menciptakan perdamaian, selama para pihak yang terlibat konflik tidak menghendakinya. Di lain pihak, Suriah yang dituding memasok senjata kepada Hisbullah sudah mengumumkan, penempatan pasukan UNIFIL di wilayahnya, akan dipandang sebagai aksi permusuhan. Jadi provokasi kecil saja, akan dapat meningkatkan eksalasi situasi di kawasan penugasan."

Juga harian Austria Kurier yang terbit di Wina, menyatakan skeptis dengan rencana pengiriman pasukan PBB ke Libanon. Dalam komentarnya harian ini menulis : Bahaya mengintai pasukan PBB. Lebih lanjut ditulis:

"Bagaimana 15 ribu pasukan helm biru dapat membuka jalan bagi perdamaian, jika Israel dan Hissbullah tetap menolak perdamaian? Terlebih lagi amat fatal jika mandat PBB tidak jelas bahkan bertentangan. Di Libanon selatan bahayanya amat besar, untuk terjebak diantara dua front yang berperang. Sementara di sisi lain, silang sengketa menyangkut siapa komando pasukan UNIFIL, melemahkan pasukan internasional ini dari dalam. Pasukan PBB yang lemah semacam itu, dipastikan tidak akan mampu menciptakan perdamaian di Libanon."