1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengungsi Butuhkan Bantuan Mendesak

4 September 2009

Memasuki hari ketiga gempa bumi yang terjadi di Jawa Barat, bantuan bagi para pengungsi masih mengalami hambatan. Evakuasi korban terus dilakukan, terutama di Cianjur yang korbannya banyak tertimbun longsor.

https://p.dw.com/p/JR2R
Gempa Bumi di Jawa BaratFoto: AP

Sudah beberapa malam, sejak gempa bumi terjadi, Ibu Wiwin dan sebagian pengungsi di Pengalengan, berjuang keras melawan hawa dingin di lapangan posko pengungsi:

„Mudah-mudahan ibu bisa membantu kami ya bu….selimut dan obat-obatan belum cukup. Tenda belum memadai bu, kecil….saya tidur di lapangan sudah tiga hari bu. Tenda darurat kurang..kalau malam dingin, kalau hujan mungkin banjir? Selimut tidak ada, kekurangan.“

Mie instan jadi pengganjal perut sehari-hari, dengan jumlah seadanya:„Sampai hari ini belum ada makanan, cuma sarimi dari kabupaten saja berupa mie instan, itu pun tidak mencukupi./ Sembako kurang, makan sehari-hari kurang, buka pakai mie, sahur pakai mie, itupun kalau ada.“

Para pengungsi masih sangat membutuhkan uluran tangan. Asep Nurdin, relawan di posko pengungsian Ciamis, wilayah yang mengalami kerusakan rumah paling banyak akibat gempa menceritakan jangankan selimut, tenda, maupun air bersih, bantuan mendasar yaitu bahan makanan dan obat-obatan atau layanan tenaga medis pun mereka masih kekurangan.

„Memang sampai sekarang belum datang bantuan, meski bupati sudah datang meninjau. Bantuan yang bersifat obat-obatan yang sangat dibutuhkan, misalnya di Jaladri. Ahli medis baru yang berasal dari puskesmas-puskesmas terdekat. Padahal mereka membutuhkan bantuan secepatnya.“

Salah seorang koordinator bantuan pengungsi Sudardja mengatakan lambannya penyaluran bantuan bagi para korban tak lain karena buruknya sistem koordinasi:

„Proses pemenuhan kepentingan tanggap darurat sangat lambat karena tak terkoordinasikan dengan baik. Secara kelembagaan masih dipertanyakan siapa yang seharusnya bertanggung jawab?“

Indonesien Erdbeben auf der Hauptinsel Java
Rumah-rumah yang rusak akibat gempaFoto: AP

Sudarjatmo dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menambahkan , mengingat Indonesia merupakan wilayah rawan gempa, pemerintah seharusnya memperbesar anggaran cadangan bencana dan memperkuat institusi Badan Nasional Penanggulangan Bencana:

„Harus ada dana cadangan anggaran. Dalam kasus gempa ini, agak susah kalau penanganan hanya mengandalkan birokrasi. Apalagi banyak pemda tak menganggarkan dana padahal wilayahnya sudah sering kena gempa. Korban itu bisa mendapatkan penanganan lebih cepat. Dalam konteks bantuan malah yang kuat institusi militer. Padahal pemerintah juga harusnya punya sarana dan prasarana.“

Hingga kini sebagian besar warga masih belum berani kembali ke rumah mereka. Selain karena khawatir masih akan terjadi gempa susulan, juga karena kondisi rumah mereka yang rusak.

Ayu Purwaningsih

Editor : Hendra Pasuhuk