Pengungsi Sudan di Israel
15 Agustus 2007Membangun pagar sepanjang perbatasan merupakan prioritas. Demikian menurut Menteri Dalam Negeri Israel, Meir Sheetrit. Ia mengatakan itu ketika bersama pejabat Israel lainnya menemui para petugas Komisi Penanganan Pengungsi PBB, UNCHR di Tel Aviv.
Pagar perbatasan itu diharapkan menghambat masuknya puluhan pengungsi dari berbagai negara Afrika, termasuk Sudan. Data UNCHR menunjukan kenaikan jumlah pengungsi Sudan di Israel. Pada tahun 2006, tercatat ada 219 pengungsi Sudan. Sementara sampai tengah tahun ini saja, jumlah pengungsi Sudan yang masuk Israel sudah mencapai 382 orang. Sedangkan organisasi-organisasi hak azasi manusia melaporkan, tahun ini sudah 1000 warga Sudan yang masuk ke Israel lewat Mesir.
Upaya menyeberang perbatasan Mesir dan Israel bukannya tidak berbahaya. Para pengungsi membutuhkan bantuan ilegal dari pihak ketiga, yang meski dibayar mahal, belum tentu bisa dipercaya. Seorang pengungsi yang berhasil masuk Israel menuturkan.
„Saya terpaksa lari ke Israel. Saya datang untuk mencari perlindungan di Mesir, tapi keselamatan kami tidak terjamin. Sekarang situasi kami sedikit lebih baik“
Namun tidak semua pengungsi bernasib sama. Kini penjagaan di kedua sisi perbatasan kian diperketat. Meningkatnya penjagaan itu, tidak menghambat para pengungsi untuk meninggalkan kamp di Mesir. Padahal diberitakan juga pasukan perbatasan Mesir menembaki orang yang berusaha menyelinap. Bulan ini, pada waktu yang berbeda-beda ditemukan seorang perempuan dan empat lelaki Sudan yang tewas ditembak di perbatasan.
Bulan lalu, perdana menteri Israel Ehud Olmert menyatakan akan memulangkan para pengungsi yang menyelundup itu kembali ke Mesir. Di tingkat diplomasi, Mark Regev, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel menerangkan,
„Isyu mengenai pengungsi yang menyebrangi perbatasan dari Sinai, orang-orang Afrika yang datang ke Israel, semua itu masalah yang baru bagi Israel dan pemerintah membutuhkan waktu untuk dapat meresponnya dengan tepat.“
Sebuah polling menunjukan bahwa 47% penduduk Israel mendukung kebijakan Olmert. Sementara organisasi-organisasi hak azasi manusia mengkritik rencana Olmert. Mesir sudah menyangkal tuduhan membunuh lima warga Sudan itu. Meski begitzu pihak organisasi HAM mengingatkan, para pengungsi yang dideportasi bakal menghadapi kekerasan di Mesir. Di pihak lain, selain mengumbar janji, Mesir tak menunjukan kesediaan menerima para pengungsi itu kembali.
Permasalahan pengungsi Afrika semakin pelik. Di Mesir, mereka yang tak mendapatkan status pengungsi, tidak lagi ditunjang oleh UNCHR. Mesir bermaksud mendeportasi mereka kembali ke negaranya. Sementara pemerintah Israel kini juga meluncurkan proses penentuan status pengungsi. Yang tidak lolos akan dideportasi kembali ke Mesir. Seorang pengungsi mengeluh.
„Saya berharap Darfur akan damai lagi dan disana ada pemerintahan baru. Jadi saya bisa pulang, karena tak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri.“
Namun kenyataannya situasi di Darfur belum aman. Organisasi Hak Azasi Manusia pun khawatir bahwa pemerintahan pro Islam di Sudan, tidak akan akan menerima kembali warganya yang pernah mengungsi ke negara yang dianggap sebagai musuh.