1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Bush dan Putin Tidak Pecahkan Konflik

7 April 2008

Pertemuan dua kepala negara, yang akan segera mengakhiri masa jabatannya itu, dinilai hanya merupakan basa-basi dan ancang-ancang untuk meneruskan masalah kepada para penggantinya.

https://p.dw.com/p/DdQI
Pertemuan Bush dan Putin di Sotshi ibaratnya perpisahan menjelang keduanya turun jabatan presidenFoto: picture-alliance/ dpa

Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat George W. Bush dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Sotshi, Rusia, menjadi tema sorotan dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian Rusia Nesawissimaja Gaseta yang terbit di Moskow berkomentar:

Ibaratnya genderang perang untuk sementara berubah menjadi tarian bersama. Akan tetapi sengketa antara Rusia dengan Amerika Serikat menyangkut rencana pembangunan sistem pertahanan peluru kendali Amerika di Eropa, tetap tidak terpecahkan. Vladimir Putin dan George W. Bush, dalam pertemuan perpisahan itu, tidak mampu lagi memecahkan konflik penting. Mereka meninggalkan warisan berupa seluruh masalah hubungan Rusia-Amerika Serikat bagi para penerusnya.

Sementara harian liberal kiri Inggris The Independent menulis komentar bernada positif. Harian yang terbit di London ini dalam tajuknya menulis:

Keputusan dari Presiden George W. Bush dan Vladimir Putin untuk bertemu memiliki arti penting. Terutama sapaan hangat yang digunakan diantara kedua kepala negara itu memainkan peranan penting. Memang bisa saja perbincangan kedua presiden, yang dalam waktu dekat akan mengakhiri masa jabatannya itu, dinilai sebagai perbincangan omong kosong. Keduanya memang akan mewariskan masalah kepada penerusnya. Tapi bisa saja pendapat itu keliru. Karena lewat kata-kata hangat semacam itu, masalah diantara kedua negara dapat diperkecil.

Harian Spanyol La Vanguardia menilai pertemuan itu sebagai berakhirnya kebekuan hubungan diplomatik diantara kedua negara. Harian yang terbit di Barcelona ini dalam tajuknya berkomentar:

Pertemuan Bush dan Putin, di akhir masa jabatan kedua kepala negara itu, mencairkan kebekuan hubungan diplomatik antara Washington dan Moskow. Dengan itu mereka menciptakan landasan bagi para penerusnya, untuk meningkatkan kesepahaman. Memang kedua presiden tidak mampu lagi memecahkan sengketa sistem pertahanan peluru kendali. Tapi mereka sudah meretas jalan untuk penuntasan konfliknya. Rusia harus dirangkul sebagai mitra yang setara dalam rencana pembangunan sistem peluru kendali tersebut.

Dan harian Luxemburger Wort yang terbit di Luxemburg berkomentar:

Pertemuan Bush dan Putin di Sotshi harus dipuji. Terlepas dari sengketa sistem pertahanan peluru kendali atau perluasan NATO, pertemuan itu mendorong Rusia menyadari fakta situasi politik secara final. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi di zaman sebelum runtuhnya tembok Berlin. Perang dingin kini berubah menjadi udara hangat. Jadi, mengapa tidak menangkap peluang untuk melupakan masa lalu dan sekarang menjalin kemitraan yang lebih hangat dengan Rusia? Dalam kaitan ini, upaya menciptakan kemitraan strategis dalam tema sistem pertahanan peluru kendali, tidak boleh hanya menjadi retorika diplomatik saja. (as)