Petualangan dengan Tuk-Tuk
18 Februari 2016Kecepatan maksimal Tuk-Tuk Bangkok ini 70 Kilometer per jam---tanpa emisi gas buang karena sepenuhnya digerakkan motor litrik. Perlu empat bulan menempuh perjalanan yang menguji ketahanan kendaraan dan fisik manusia ini. Tuk Tuk dibuat khusus, dan mampu menempuh perjalanan panjang tanpa alami kerusakan berarti.
Rémy Fernandes-Dandré, mahasiswa manajemen penggagas petualangan ini mengatakan; "Jika kondisi ideal, 15 persen energi disuplai sel surya di atap kendaraan. Tapi sebagian besar energi disuplai baterai Lithium di bawah Tuktuk.
Masalah utama yang dihadapi, di sejumlah tempat, khususnya di Cina, tidak ada fasilitas isi ulang alias cas baterai. Para mahasiswa harus mendorong Tuktuk saat lintasi pegunungan, karena baterainya tersedot dan cepat kosong. Tuk-tuk ekologis ini beratnya 1,2 ton, cukup berat mendorongnya.
Jalanan buruk memicu masalah. Juga cuaca buruk, dingin dan hujan. Terlepas dari seluruh masalah, para mahasiswa itu tetap bersemangat. Khususnya lewat dukungan dan keramahan penduduk.
Sekali isi penuh baterai bisa menempuh jarak 300 Kilometer. Dalam perjalanan mereka selalu menggelar lokakarya tentang proyeknya di universitas. Ludwig Merz, mahasiswa yang ikut petualangan ini mengatakan; "Dengan petualangan ini kami ingin tunjukkan, mobilitas elektrik bisa digunakan. Juga proyek melintasi separuh dunia ini terkait dengan prinsip ekologis.
Proyek dibiayai dengan bantuan sponsor dan Crowdfunding di Internet. Setelah menempuh jarak 20 ribu kilometer dari tempat start Bangkok Tuktuk tiba di tujuan, di Toulouse. Bagi ketiga mahasiswa ini jproyek petualangan itu adalah awal dari cita-cita mereka, untuk mendorong penggunaan motor penggerak alternativ dan mobilitas hijau.