Potret Unik Kohabitasi Damai Antara Hiena dan Manusia di Ethiopia
Meski dianggap ganas, keberadaan Hiena disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk kota Harar di Ethiopia. Penduduk kota bahkan mengutus sebuah keluarga buat mengurus satwa liar tersebut.
Pendatang yang Diundang
Saban malam puluhan Hiena menghantui kota kuno Harar di timur Ethiopia demi mencari tulang belulang atau daging yang tersisa. Namun keberadaan satwa liar tersebut tidak membuat takut penduduk. Sebaliknya warga Harar menyambut kehadiran Hiena layaknya pendatang yang diundang.
Profesi Langka Pawang Hiena
Kohabitasi damai antara Hiena dan manusia di Harar terbukti ketika penduduk kota memilih keluarga Salleh untuk mengurus satwa yang berperan vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem lokal itu. Abbas Yusuf belajar memberi makan Hiena dari ayahnya, Yusuf Mume Salleh, yang mengurus Hiena selama 45 tahun sebelum pensiun 13 tahun lalu.
Kohabitasi Damai Manusia dan Satwa
"Hiena tidak pernah menyerang penduduk Harar setelah ayah saya mulai memberikan mereka makanan, kecuali anda mengganggu bayi Hiena," kata Abbas. "Ayah saya selalu bersyukur bahwa saya melanjutkan pekerjaannya dan saya akan mewariskan tugas ini pada anak saya juga."
"Anugerah Tuhan"
Profesi Abbas kini menjadi salah satu atraksi wisata di Harrar. Ia antara lain memberi makan Hiena dengan mulutnya sendiri untuk mengusir rasa takut pengunjung terhadap satwa liar tersebut. "Saya mendapat anugerah Tuhan untuk menjadi teman baik bagi hewan-hewan ini," ujarnya.
Sesajen di Hari Kelahiran
Hiena di Harar sejatinya hidup di gua-gua di luar kota dan sering muncul di luar tembok kota untuk mencari makan. Sejak abad ke16, penduduk lokal merayakan hari kelahiran nabi Muhammad dengan memberikan bubur yang dimasak dengan daging kambing dan mentega kepada Hiena. Jika satwa tersebut menolak makan, penduduk kota meyakini akan datang bencana.
Pusat Kebudayaan Islam
Harar yang saat ini berpopulasi 240.000 jiwa pernah menjadi pusat pertumbuhan kebudayaan Islam di abad ke 7. Buat kaum muslim di Ethiopia, kota yang berdiri di atas dataran tinggi Ahmer ini adalah kota suci Islam ke empat, setelah Mekkah, Madinah dan Yerusalem.
Terancam Punah
Sejak 500 tahun silam Hiena ikut membantu menjaga kebersihan kota dengan memakan sampah organik. Ayah Abbas, Yusuf, yang berprofesi sebagai petani awalnya memberi makan Hyena agar satwa itu tidak menyerang hewan ternaknya. Jika dulu banyak penduduk kota yang membantu memberi makan Hiena, kini pengurus Hiena hanya tinggal tersisa dua orang.