Presiden Baru India
25 Juli 2007
„Saya sangat berterima kasih kepada rakyat India, laki-laki maupun perempuan, ini adalah kemenangan prinsip.“
Pratibha Patil mengucapkan kata-kata ini sesaat setelah pemilihan presiden akhir pekan lalu, di mana Patil mengalahkan pesaingnya Bhairon Singh Shekawat dengan meraih hampir dua per tiga suara. Dengan demikian Patil yang menjabat gubernur negara bagian Rajasthan, berhak atas kursi presiden India.
Sebenarnya, kemenangan mutlak Patil dalam pemilu presiden bukan berkat rakyat India, akrena presiden tidak dipilih langsung tapi oleh dewan pemilihan. Patil diusulkan Partai Kongres yang mendapat dukungan sebagian besar anggota parlemen dan perwakilan negara bagian. Tanpa mayoritas ini, Patil tak mungkin memenangkan pemilihan presiden, kata M.J. Akabar, pemred koran „Asian Age“:
„Dia dicalonkan di menit-menit terakhir, tidak ada yang menyangkanya.“
Para pengkritik Patil menuduh, perempuan berusia 72 tahun ini hanya diajukan sebagai calon karena ia setia pada Dinasti Nehru-Ghandi. Pamor Patil juga tercoreng skandal keluarga. Saudara laki-laki Patil dituduh terlibat dalam suatu pembunuhan, sementara suami Patil didesas-desuskan menyebabkan seorang anggota staff melakukan bunuh diri. Patil sendiri diduga secara diam-diam membantu keluarganya memperoleh kredit murah di bank rakyat, yang sebenarnya dibangun untuk mensupport perempuan. Hal lain yang selalu diungkit para pengkritik Patil adalah tuntutan politisi perempuan itu untuk mensterilkan pasien yang mengidap penyakit turunan. Patil sebenarnya tak pantas menjadi presiden India, kata jurnalis M.J. Akbar:
„Selama ini presiden India dipilih berdasarkan nilai-nilai moral yang tinggi, seorang presiden harus berada di luar politik sehari-hari.“
Jabatan presiden India hanya bersifat representatif, karena itu, rakyat mengharapkan seorang tokoh bermoral yang bersih dari intrik politik. Bagi sebagian warga India, Abdul Kalam, pendahulu Patil, adalah tokoh yang sesuai dengan deskripsi seorang presiden ideal. Ilmuwan berambut perak ini benar-benar disukai rakyatnya, tua maupun muda.
Walau begitu, bukan berarti Patil dibenci semua orang. Banyak perempuan India berharap Patil akan menggunakan jabatannya untuk meningkatkan status sosial perempuan India. Seperti yang dituturkan bintang sinema Pooja Bedi:
„Saya benar-benar berharap ia bisa membuktikan bahwa semua tuduhan yang dilontarkan itu salah, ini adalah kepentingan India untuk membuktikan para pengkritiknya tidak benar.“
Tapi sebelumnya, India perlu mencari sebutan baru bagi presidennya. Karena kata „Rashtrapati“, sebutan dalam bahasa Hindi untuk kepala negara India, sebenarnya berarti „Bapak Bangsa“. (zer)