Putin Tuding Washington Boikot Pemilu Rusia
27 November 2007Nasib sial menimpa Garry Kasparov, ketua gerakan oposisi Rusia Baru. Usahanya menggoyang lingkaran kekuasaan Kremlin berbuah vonis penjara oleh pengadilan dengan tuduhan menggangu ketertiban umum.
Uniknya, sampai saat ini belum ada satu-pun dakwaan resmi yang dikeluarkan pihak kejaksaan. Kasparov kini mendekam di penjara Lefortovo yang ditakuti, karena sering disebut sebagai tempat di mana sebagian besar tahanan menghabiskan sisa hidupnya. Meski cuma divonis lima hari penjara, belum ada tanda-tanda kasparov akan dibebaskan.
Berbagai simpati mengalir ke ruang sel yang dihuninya sendirian. Termasuk dari anggota parlemen Nikolai Ryshkov yang berusaha mengunjungi Kasparov, namun dilarang oleh sipir penjara. "Kemarin malam saya menghubungi Kementrian Dalam Negeri untuk meminta izin mengunjungi Kasparov. Namun mereka menjawab, ini hari libur, telefon saja lagi besok.” begitu tandasnya.
Keesokan harinya, Ryshkov kembali gagal mendapatkan izin dari Kementrian Dalam Negeri, tidak seorang pun mau bertanggung-jawab atas pemberian izin mengunjungi Kasparov, begitu ceritanya. Tapi politikus independen itu tidak menyerah.
Ryshkov lalu mengirimkan surat langsung ke Menteri Dalam Negeri Rusia. Namun lagi-lagi bisa diduga, usahanya itu kembali kandas. Kasparov saling berbagi nasib dengan ribuan demonstran lainnya yang ditahan di Moskow, Nizhni Novgorod, hingga St. Petersburg. Kembali Ryschkov "Negara ini tidak mengizinkan rakyatnya untuk memiliki apa yang mereka inginkan, dan dengan cara itu memprovokasi pelanggaran aturan.” Ujar Ryshkov.
Di St. Petersburg semuanya kini tampak rapih dan teratur, sisa-sisa peristiwa baku hantam antara para demonstran dan polisi yang terjadi beberapa waktu lalu tidak lagi terlihat. Semua aksi demonstrasi dilarang, dan setiap perkumpulan diawasi.
Begitulah cara Gubernur Matvichenko menyambut Presiden Vladimir Putin di kotanya. Sulit menerka posisi yang diwakili Putin saat ini. Sang Presiden memang sedang dalam tur kampanye sebagai kandidat terkuat partai Rusia Bersatu.
Tapi dalam beberapa kesempatan, Putin mengungkapkan rasa kesalnya, lantaran Organisasi untuk Kerja Sama Keamanan Eropa, (OSCE) enggan mengirimkan pengamatnya untuk meligitimasi pemilihan umum di Rusia.
“Kita mengetahui bahwa pembatalan OSCE didasari oleh saran kementrian Luar Negeri Amerika Serikat. Hal ini akan membebani hubungan bilateral kedua negara. Tujuan mereka adalah menjadikan pemilu Rusia kehilangan legitimasinya. Tapi mereka tidak akan mencapai tujuan itu.” tandas Putin di St. Petersburg.
OSCE sendiri mengaku terpaksa membatalkan pengiriman pengamatnya lantaran sulitnya proses pemberian visa oleh pihak imigrasi Rusia. Sebenarnya Putin sendiri yang membuka kartunya di muka umum.
Disadari atau tidak, rasa kesal Putin terhadap Amerika Serikat menunjukkan ketakutannya yang mendalam, bahwa rencananya bertahan di puncak kekuasaan Moskos lewat pemilu buatan kali ini akan gagal cuma lantaran kehilangan legitimasi.