Raja Hutan Tewas di Rumahnya Sendiri
30 Juli 2011Baru-baru ini, seekor harimau Sumatera ditemukan dalam kondisi kelaparan dan kehausan, terperangkap di sebuah hutan yang beralih fungsi menjadi perkebunan di Riau. Serta merta, Greenpeace mengecam perkebunan yang dimiliki anak perusahaan PT APP, yang memproduksi kertas dan bubur kertas. Ketika tim Balai Konsevasi menemukan harimau naas tersebut bersama masyarakat dan Greenpeace, harimau itu akhirnya tewas tak tertolong. Ia kehilangan rumahnya, habitatnya, yang kini berubah fungsi menjadi perkebunan. Tersingkirkan dari habitatnya sendiri, harimau itu terperangkap dan akhirnya tewas. Saat ini harimau Sumatera hanya tinggal tersisa sekitar 400 ekor. Apabila pemerintah tak bertindak tegas, maka kepunahan harmau Sumatera mungkin tak akan terhindarkan.
Menurut Greenpeace, dampak penghacuran hutan yang dilakukan oleh PT APP tidak hanya menyengsarakan harimau sumatera tetapi juga mengancam keseimbangan iklim. Penghancuran hutan alam secara terus menerus memaksa harimau sumatera dan satwa liar lainnya yang hidup di dalam hutan semakin terdesak mendekat ke pemukiman masyarakat. Berikut wawancara dengan aktivis kampanye perlindungan hutan Greenpeace, Zulfahmi.
Ayu Purwaningsih
Editor : Marjory Linardy