1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

210409 Jordanien USA

21 April 2009

Hari Selasa (21/4) Raja Yordania Abdullah II disambut oleh Presiden AS Barack Obama Gedung Putih. Mereka akan merundingkan proses perdamaian Timur Tengah.

https://p.dw.com/p/HbH6
Raja Yordania Abdullah II bersama Ratu Yordania RaniaFoto: AP

Presiden Amerika Serikat Barack Obama makin dihormati di kawasan Timur Tengah. Misalnya karena wawancara pertamanya dengan stasiun televisi „Al Arabiya“, telefon pertama setelah dilantik sebagai presiden Amerika Serikat dilakukan dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas dan pidotanya di Turki. Obama selalu berpesan, warga Amerika Serikat bukan musuh umat Islam. Amerika Serikat tidak perang dengan Islam. Keinginannya untuk menghidupkan kembali perdamaian Timur Tengah nampak sekali.

Raja Yordania mengalami sendiri tanda-tanda pergantian haluan politik Amerika Serikat. Ia diterima di Gedung Putih lebih dulu daripada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanjahu.

Seperti ayahnya, Raja Abdullah II juga menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat. Untuk itu dan karena hubungan diplomatisnya dengan Israel, di dunia Arab Yordania tidak hanya mendapat dukungan, melainkan juga kecaman. Terutama setelah serangan Israel di kawasan Jalur Gaza, yang menewaskan sedikitnya 1.300 warga Palestina. Berkat upaya halus Yordania, Israel akhirnya bersedia membuka jalan ke Jalur Gaza. Sehingga meskipun sedikit, bantuan dapat masuk ke kawasan itu.

Di Washington Raja Abdullah akan menyampaikan kembali tuntutannya, bahwa tanpa penyelesaian konflik Israel-Palestina, tidak mungkin perdamaian di Timur Tengah akan tercapai. Hal ini selalu disunggungnya dalam setiap kesempatan di luar maupun dalam negeri. Raja Abdullah:

„Sudah seharusnya kita kembali ke proses perdamaian. Jika satu pihak tetap mengandalkan solusi dengan menggunakan militer, masalah ini tidak akan dapat diselesaikan. Semua pihak harus kembali ke meja perundingan secepat mungkin. Upaya sepihak tidak akan membantu menyelesaikan masalah. Apakah itu Israel, Libanon ataupun Palestina. Kita harus berunding bersama untuk bisa menyelesaikan masalah politik ini.“

Seperti Barack Obama, Raja Abdullah yang berbicara atas nama pemimpin penting negara-negara Arab menilai prakarsa perdamaian Arab dari tahun 2002 sebagai kunci penting dalam penyelesaian soal ini. Rancangan perjanjian tersebut mencakup perdamaian dan normalisasi hubungan antara Israel dengan semua negara Arab, penarikan Israel dari kawasan Arab yang didudukinya sejak perangnya tahun 1967, pendirian negara Palestina dan penyelesaian adil bagi jutaan pengungsi Palestina. Prakarsa Arab itu tidak menuntut kembalinya pengungsi Palestina ke kawasan yang telah menjadi bagian dari Israel.

Sejak utusan khusus Obama yakni George Mitchell mengunjungi Israel dan Palestina, Raja Abdullah merasa dirinya semakin didukung. Mitchell menanggapi tawaran Arab itu. dalam pertemuan dengan Barack Obama nanti, Raja Yordania akan memberikan peringatan penting, yang sebelumnya telah ditekankan dalam pertemuan puncak negara-negara Arab. Yaitu, jika prakarsa perdamaian Arab yang ditawarkan tujuh tahun lalu itu tidak digubris oleh Israel, usulan itu mungkin tidak akan diajukan lagi sebagai landasan perundingan.

Leidholdt Ulrich/Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk