Restrukturisasi Perusahaan Airbus
2 Maret 2007Mengenai restrukturisasi Airbus harian Jerman die Welt menulis:
"Bagi Airbus, perjuangan membentuk struktur yang bisa menghasilkan laba belum berakhir. Menurut keterangan direkturnya, Louis Gallois, perusahaan ini masih perlu mitra yang kuat. Konflik antara negara-negara pemilik adalah racun, kata Gallois. Calon Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mendukung pernyataan itu dan menyebut struktur saham EADS, induk perusahaan Airbus, sebagai masalah terbesar. Bagi pasar kapital, semua itu tidak penting. Ahli industri penerbangan Stefan Halter menerangkan, sebenarnya tidak penting apakah kebijakan yang diambil adil atau tidak. Namun solusi yang lebih adil perlu, agar penentangan dari kalangan pekerja tidak terlalu besar. Satu setengah tahun lalu perusahaan Boeing punya masalah sama. Salah satu pabriknya terpaksa menghentikan produksi selama satu bulan.“
Harian Berliner Zeitung berkomentar:
"Beberapa hari lalu para ahli ekonomi Eropa yang bertemu di Brussel mengeluh, di banyak negara Uni Eropa muncul lagi nasionalisme ekonomi. Pihak pemerintahan berusaha memproteksi sektor industri penting dan menguasai saham di perusahaan-perusahaan nasional besar, untuk mempengaruhi perkembangan di perusahaan itu atau menghindari pengambil alihan. Kasus perusahaan penerbangan Airbus menunjukkan, betapa kuat pengaruh nasionalisme ekonomi. Perusahaan Airbus dan EADS sebenarnya lahir dari sebuah eksperimen yang dijiwai inspirasi penyatuan Eropa. Terutama Jerman dan Prancis menggabungkan perusahaan dirgantaranya agar mampu bersaing dengan perusahaan besar dari Amerika Serikat dan Rusia. Ini sempat berhasil. Tapi sebuah pemerintahan memang akan selalu mempertahankan kepentingan nasionalnya. Ini berlaku tidak hanya di Uni Eropa, melainkan juga di Amerika Serikat, Rusia, Cina dan India.“
Harian Jerman lain, Frankfurter Allgemeine Zeitung, menulis:
"Enam tahun lalu Airbus didirikan sebagai perusahaan perseroan. Tapi baru saat ini perusahaan itu serius mencoba menjadi perusahaan normal. 'Normal’ artinya, pengelolaan perusahaan didasarkan pada kriteria efisiensi, sehingga kemudian ada laba dan dana yang cukup untuk investasi. Hanya dengan jalan ini, lapangan kerja bisa dipertahankan. Direktur Utama Airbus Louis Gallois benar, ketika mengatakan bahwa program restrukturisasinya bukan sesuatu yang spektakuler. Airbus sebenarnya memang hanya melakukan apa yang sudah lebih dulu dilakukan perusahaan-perusahaan lain menghadapi makin ketatnya persaingan. Terutama restrukturisasi di perusahaan Boeing merupakan argumen kuat. Perusahaan Amerika itu sekarang mampu bersaing dengan perusahaan yang ramping, pengembangan model pesawat baru yang lebih cepat dan penurunan biaya produksi. Apalagi perkembangan nilai tukar Euro terhadap Dollar sejak beberapa tahun terakhir tidak menguntungkan Airbus. Jadi jelas, Airbus tidak punya pilihan lain, selain melakukan perampingan demi kesehatan perusahaan.