Riset: Suhu Panas Tingkatkan Risiko Kematian Kaum Muda
13 Desember 2024Beban kematian akibat panas dapat beralih dari orang tua ke kaum muda pada akhir abad ini, menurut sebuah studi terbaru.
Dalam skenario masa depan, jika suhu global rata-rata naik setidaknya 2,8 derajat Celsius melampaui tingkat pra-industri pada tahun 2100, kelompok berusia di bawah 35 tahun kemungkinan akan menderita dampak pemanasan lebih berat dari kaum lanjut usia.
Analisis tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, dengan mengkaji data mortalitas dari Meksiko.
Data yang dikumpulkan memungkinkan para peneliti untuk menentukan usia dan tanggal kematian, membandingkannya dengan kondisi lingkungan, dan menghitung seberapa sering paparan panas lembab mengakibatkan kematian dini.
Para ilmuwan telah lama meyakini bahwa panas yang berlebihan dalam iklim yang menghangat akan memiliki dampak yang lebih tinggi terhadap populasi yang lebih tua.
Menurut riset, di iklim tertentu sebaliknya suhu panas berlebihan adalah pembunuh senyap kaum muda.
Kematian senyap kaum muda
Menurut penelitian, tiga dari empat kasus kematian akibat suhu panas di Meksiko terjadi pada orang berusia di bawah 35 tahun antara tahun 1998-2019.
Sebaliknya, lebih banyak orang tua yang menjadi penyebab kematian akibat cuaca dingin.
Melihat skenario ketika populasi global dan emisi karbon terus meningkat, para peneliti memproyeksikan kenaikan sebesar 32% pada tahun 2100, dalam angka kematian terkait suhu panas di kalangan kelompok yang berusia di bawah 35 tahun.
Penurunan yang hampir sama pada angka kematian terlihat pada kelompok yang lebih tua.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Penjelasan mengapa orang yang lebih muda lebih rentan terhadap suhu panas daripada yang diantisipasi, kemungkinan besar bermuara pada alasan sosial.
Orang yang berusia lebih muda diduga lebih mungkin terpapar panas di luar ruangan, sementara iklim yang menghangat dapat mengurangi dampak dingin pada orang tua mereka.
"Orang yang lebih muda memiliki tingkat aktivitas yang lebih tinggi, mereka lebih mungkin terpapar panas di lingkungan kerja luar ruangan," kata pemimpin penelitian Andrew Wilson dari Pusat Keamanan Pangan dan Lingkungan di Universitas Stanford kepada DW.
Apa yang dimaksud dengan terlalu panas?
Kelompok Wilson menemukan, paparan panas yang diperlukan untuk memicu kematian lebih rendah dari yang disarankan literatur ilmiah.
Banyak variabel lingkungan, termasuk suhu udara dan kelembapan, digunakan untuk menunjukkan stres akibat panas. Ini terkadang disebut suhu "real feel" atau "wet bulb".
Penelitian lama menetapkan batas suhu untuk stres panas manusia pada 35 derajat Celsius.
Paparan jangka panjang pada batas wet bulb 35 derajat ini secara teoritis berarti tubuh tidak akan mampu mendinginkan suhu intinya, yang mengakibatkan kematian terkait panas.
Namun batas ini dihitung dalam kondisi lab di mana seseorang akan beristirahat di tempat teduh, dalam angin kencang, disiram air, dan telanjang. Skenario ini dianggap tidak realistis.
Wilson mengatakan dalam beberapa kasus, batas sebenarnya bisa berada di pertengahan 20-an. Penelitian seperti miliknya sejak saat itu mencoba memperhitungkan kondisi dunia nyata.
"Kami menemukan bahkan pada pertengahan 20 derajat Celsius, sudah ada cukup banyak kematian, terutama bagi orang-orang termuda," kata Wilson.
"Itu mungkin karena mereka bergerak ... bekerja di luar ruangan ... mereka berada di bawah sinar matahari."
Sederhananya: hari yang panas, adalah hari yang panas, dan itu berdampak buruk pada tubuh orang.
Masalah global
Meskipun penelitian tersebut hanya melihat data kesehatan Meksiko, analisis ilmuwan memberikan gambaran yang mengkhawatirkan tentang masa depan potensial bagi negara-negara lain yang berada di garis depan krisis iklim.
Para ahli mengatakan bahwa kematian merupakan bagian besar dari ongkos perubahan iklim.
"Kami pikir lebih sedikit orang akan meninggal dunia karena kedinginan, lebih banyak orang akan meninggal karena kepanasan. Kami pikir sebagian besar kematian tambahan akibat kepanasan akan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," kata Wilson.
"Sebagian besar penurunan kematian akibat kedinginan akan terjadi di Eropa dan Amerika Utara, bukan? Jadi ini sudah merupakan gambaran ketimpangan," Wilson menambahkan.
Kondisi seperti itu telah lama diperkirakan, mengingat laju peningkatan emisi karbon dalam beberapa tahun terakhir. Dunia telah untuk sementara waktu melanggar ambang batas bawah 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris.
Pada tahun 2017, penelitian mengantisipasi sebanyak 70 persen populasi India dapat terpapar panas yang tidak layak huni.
Dan dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Timur Tengah telah memberlakukan larangan bekerja untuk mengatasi kondisi panas ekstrem.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris