Secercah Harapan Baru bagi Korban IS
Mereka diperkosa dan dijadikan budak. Warga Yazidi yang berhasil lari dari cengkeraman "Islamic State" (ISIS) alami trauma berat. Di Universitas Dohuk, Irak kini dibuka pusat penanganan trauma.
Mengais Harapan
Dua tahun lamanya, Perwin Ali Baku (23) berada di tangan milisi teror ISIS bersama putrinya. Ia kini tinggal di tempat penampungan pengungsi di Irak Utara, bersama mertuanya. Tapi ia tidak merasakan ketenangan. "Saya tidak bisa tidur", katanya.
Ingatan Yang Menyiksa
Setiap kali Ali Baku mendengar suara keras, ia terkejut. Itu mengingatkannya kepada para penculiknya. Ia berharap pusat trauma yang baru didirikan bisa membantunya. Ini satu-satunya di kawasan itu dan jadi bagian proyek besar yang dananya berasal dari Baden-Württemberg, Jerman. 1.100 perempuan Yazidi diterima untuk perawatan di negara bagian itu, dan ditampung dalam 21 kota dan desa.
Bantuan bagi Pengungsi di Kabarto-Camp
Kini mereka juga bisa menerima bantuan langsung di Irak. Program dari Baden Württemberg direncanakan untuk 3 tahun, dengan dana 95 juta Euro. Para korban mendapat bimbingan sosial, psikologis dan untuk mengatasi trauma. Harapannya mereka bisa mengatasi dampak nasib buruk dengan baik.
Semakin Banyak Yang Berhasil Lari
Di Mosul yang letaknya 75km dari lokasi pusat penanganan trauma, anggota ISIS masih bertempur melawan pasukan Irak, semakin banyak orang yang dulu diculik berhasil melarikan diri dari cengkeraman teroris. Di wilayah autonomi Kurdistan ada 26 psikiater. Tapi tidak ada yang punya spesialisasi trauma. Setidaknya belum ada.
Cahaya Terang di Ujung Terowongan
Skitar 100.000 warga Yazidi tinggal di Jerman. Salah satu dari mereka adalah spesialis trauma Jan Kizilhan. Ia datang ke Jerman ketika berusia 6 tahun, dan jadi penggerak utama pendirian pusat penanganan trauma di Dohuk. Program yang diadakan di sana juga mencakup pendidikan bagi tenaga lokal, sehingga perempuan seperti Perwin Ali Baku bisa mendapat pertolongan.
Mendidik Tenaga Ahli
Dalam tiga tahun mendatang, 30 tenaga terapi akan dilatih pakar dari Jerman dan lokal. Program itu kemudian akan diperluas di kawasan. Tujuannya, dalam 10 tahun mendatang akan bisa mendidik lebih dari 1.000 pakar psikoterapi. Mahasiswa nantinya akan bisa mendapat dua gelar Master, di bidang psikoterapi dan psikologi trauma.
"Sudah Jadi Kewajiban untuk Membantu"
Jan Kizilhan juga mendiskusikan masalah trauma dengan salah satu kepala masyarakat Yazidi, Baba Scheich. Tapi juga dengan ribuan perempuan Yazidi di kamp pengungsi. "Ini masalah trauma kolektif, juga pembantaian masal. Oleh sebab itu kita harus membantu. Kita wajib membantu." Penulis: Nadine Berghausen (ml/hp)