Seorang Warga Palestina Mengamuk di Yerusalem
5 Maret 2009Ini berarti sudah keempat kalinya peristiwa serupa terjadi di Yerusalem dalam delapan bulan terakhir. Diduga serangan tersebut merupakan balasan aksi Israel membongkar paksa pemukiman warga Arab kota Yerusalem.
Seorang pengemudi mesin keruk mengamuk di tengah kota Yerusalem, melemparkan mobil patroli polisi, dan berusaha menerobos keramaian lalu lintas. Pelaku berusaha melempar mobil polisi ke arah bus yang berhenti akibat lalu lintas yang macet.
“Kami duduk di dalam bus dan melihat bagaimana pelaku berusaha melempar mobil polisi kea rah kami. Ada yang bertanya, apa yang terjadi. Kemudian pintu bus terbuka dan kami menyelamatkan diri secepatnya,“ tutur seorang saksi mata kepada radio Israel, beberapa menit setelah insiden itu terjadi.
Anggota polisi yang mobilnya menjadi sasaran amukan pengemudi buldoser itu menderita luka-luka. Pelaku tidak berhasil menghancurkan bus tersebut. Seorang pengemudi taksi bereaksi cepat dengan menembak pelaku.
“Saya melihat sekop mesin keruk itu di udara dan tidak paham apa yang akan dia lakukan. Saya biasanya membawa senjata pribadi di taksi saya. Saya lihat polisi-polisi itu dilempar dan saya menembak pelakunya. Selesai.”
Pelaku yang mengamuk dengan buldosernya itu meninggal di rumah sakit. Polisi menemukan al Qur’an di dalam buldoser tersebut. Juru bicara kepolisian mengatakan, pelaku diduga keras adalah pemukim Arab di kota Yerusalem. Walikota Yerusalem yang berhaluan politik kanan, Nir Barkat, kepada radio Israel menuntut diberlakukannya hukuman keras terhadap pelaku aksi serupa.
Hingga tahun 2005 diberlakukan hukuman kolektif terhadap warga Palestina para pelaku serangan dan keluarganya, yakni dengan menghancurkan rumah mereka.
Metode ini tidak lagi diberlakukan, karena setelahnya tidak ada lagi yang melakukan serangan. Sejak itu, pemerintah Israel tidak lagi pernah melakukan pembongkaran rumah, walau pun dengan pertimbangan lain. Walikota Yerusalem Nir Barkat menuntut diberlakukan kembalinya hukuman kolektif terhadap pelaku serangan dan keluarganya.
Pemukiman Warga Arab Yerusalem Dibongkar Paksa
Sebelum kejadian pengemudi buldoser mengamuk, pemukiman warga Arab di Yerusalem timur dibongkar paksa pemerintah Israel. Alasan pembongkaran adalah rumah-rumah tersebut tidak memiliki izin bangunan. Padahal, sebagian besar rumah di kawasan Silwan yang dibongkar paksa itu dibangun jauh sebelum 1967.
Artinya, rumah-rumah itu sudah berdiri sebelum Israel menduduki Yerusalem timur dalam Perang Enam Hari.
“Lantai dasar rumah ini dibangun tahun 1870, berarti usianya hampir 140 tahun. Kakek buyut saya dilahirkan di rumah ini,” tutur Abu Hamad, pria Arab berusia 64 tahun, pemilik rumah di sisi kompleks mesjid Al Aqsha, yang terletak di daerah al Bustan, jantung wilayah Silwan.
Akhir bulan lalu, pemilik 88 rumah di kawasan Silwan menerima surat dari pemerintah kota Yerusalem. Surat itu merupakan pemberitahuan bahwa rumah-rumah pemukiman Arab di Silwan akan diratakan dengan tanah. Rencananya, lahan bekas pemukiman tersebut akan dialihfungsikan sebagai taman.
Pembongkaran paksa pemukiman warga Arab di Yerusalem timur dikritik tajam oleh berbagai pihak. Alasan pemerintah Israel bahwa tidak adanya izin bangunan rumah-rumah itu merupakan kedok belaka. Saat ini jumlah pemukim Yahudi di kawasan timur Yerusalem meningkat menjadi 170 ribu orang.
Walikota Yerusalem Nir Barkat telah menjanjikan akan dilakukannya perluasan pemukiman Yahudi di wilayah tersebut. Ini merupakan latar belakang dibongkar paksanya pemukiman Arab di Silwan, ujar Hatem Abdul Qader, penasihat Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad untuk urusan Yerusalem.
“Politik Walikota Yerusalem bertujuan melawan warga Palestina di Yerusalem timur. Dia adalah politisi berhaluan kanan, yang akan ikut dalam pemerintahan Israel mendatang. Pemerintah kota dan pemerintah pusat akan bersatu untuk menciptakan fakta baru mengenai Yerusalem timur dan akan membuat kawasan ini menjadi kawasan Yahudi. Tidak ada warga Palestina,“ jelas Hatem Abdul Qader. (ls)